Sabtu, 28 Agustus 2010

PESONA LAUT MATI DI PULAU ROTE


Pagi ini dengan mobil pickup dan peralatan memotret sederhana kami akan mengabadikan salah satu tempat yang kami yakin tidak kalah menariknya dengan tempattempat wisata pantai dan alam di pulau ini. Dengan berbekal keyakinan ini kami mulai berangkat menujuh arah timur pulau rote, dengan titik keberangkatan dari pusat ibukota. Baa. Hembusan angin padang sabana bulan agustus terasa menyengat dengan cirinya yang khas dingin tak akan mampu menghalangi perjalanan kami dengan kendaraan terbuka. Sejak kilometer pertama dari kota baa ke arah timur desa sotimori dusun kenamoen kami telah di suguhi oleh indahnya pasir putih, atolatol cantik yang di tumbuhi tanaman perdu dan salah satunya adalah beberapa jenis beringin local mini dan “santigi” yang sempat menjadi icon untuk pemburu dan kolektor tanaman hias. Tak kalah indah adalah bukitbukit kapur yang terjal dan curam, sangat mewarnai peta perjalanan darat di pulau sabana yang kering ini. Pada beberapa lokasi tampak bekas sawahsawah tadah hujan yang telah usai di panen, tampak di biarkan sebagai padang gembalaan ternak.

Kendaraan yang kami pacu dengan kecepatan rendah agar bisa menikmati indahnya perjalanan. Memasuki desa sotimori kami di suguhi oleh lumpur garam yang panjang, hutan mangrovenya yang padat dan bukitbukit kecil yang melindunginya, setelah itu kita memasuki sebuah danau kecil dengan dataran yang luas dan di lingkari oleh hutan tropis yang cukup padat dimana tempat hidupnya dua jenis binatang yang telah langkah di dunia,  rusa timor (cervus timorensis) dan Kurakura leher ular (chelodina maccordi)
Akhirnya kamipun tiba di lokasi “Laut Mati” tersebut, nama yang di berikan oleh penduduk setempat. Rasa penasaran pada diri kami, pertama adalah coba merasakan rasa dari air danau ini, dan memang benar airnya sangat asin, di lingkari oleh bukit yang menjorok masuk ke pantainya yang berpasir putih halus, hutan mangrove dan karang terjal di beberapa pesisirnya menambah sempurnya tempat ini. Layaknya kita sedang melihat miniatur samudera luas yang mendekap benua dan pulau pulaunya. Ada beberapa atol yang cukup menyolok menghiasi tengah dan pinggiran danau ini. Pada pantai bagian utara yang sangat landai dengan pesisir pasir putihnya di lindungi oleh hutan mangrove yang cukup padat.

Di sebelah baratnya ada bukit kecil yang cukup tinggi untuk melihat keseluruhan isi danau ini, di sinilah kita bisa menikmati sunrise dari balik atol yang menyerupai pulau kecil di tengah lautan luas, disini biasnya yang menyerupai beribu pelangi dari dalam danau ini. Di latar belakangi oleh buihbuih putih di tepian pasir pantai, celahcelah dan puncak karang, juga di atas semak perdu di sekeliling danau benarbenar sangat memukau, seakan bisa menikmati kehidupan dua musim sekaligus disini, musim salju dan musim kemarau. Panorama yang sangat indah. Rasa penasaranku ingin menikmati bulan saat purnama, juga tiupan angin pada permukaan danau pada malam hari yang membuat buihbuih ini menyerupai salju. Buihbuih ini hanya terjadi pada malam hingga pagi sampai jam 08.00 wit selebihnya sirna karena angin kering siang hari yang kencang.
Dibandingkan dengan pantai dan fenomena alamnya yang menawarkan sejuta pesona, di sini di danau ini juga menghasilkan kehidupan bawah laut yang sangat indah dan kompleks. Ekosistem dan exotica biota bawah laut, pada danau ini patut di teliti. Sebab sangat memenuhi unsur dan ekosistem yang di miliki oleh laut. Yaitu “Mangrove” Hutan mangrove dan lamun adalah penyeimbang iklim dan penyerapan karbon, habitatnya di tepi pantai bukan di tengah hutan. “Pantai” adalah daerah yang di pengaruhi oleh siklus pasang surutnya air laut. Dimana organisme yang hidup di sini memiliki adaptasi structural sehingga saling melekat erat  membentuk rantai makanan yang saling menopang.“Estuary” merupakan tempat bersatunya sungai dan laut yang di pagari oleh lempeng lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Dimana salinitas air berubah secara bertahap yang dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surutnya air laut, dimana nutrien dari sungai sangat memperkaya estuary tersebut.“ Karang” merupakan komunitas terumbu karang dengan organisme lainnya yang hidup di daerah tembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Karang disini di denominasi oleh coral yang merupakan kelompok cnidaria yang menyusun substrat tempat hidup karang lain. Salah satu contohnya adalah “karang tanduk menjangan”. Jenis ini juga ada di danau ini. Kemudian “Laut” ditandai dengan salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah tropik dengan variasi kedalaman yang berbeda. Terpeta jelas di danau ini.
 
Yang menjadi tanda tanya besar adalah topografi danau ini yang terletak di dataran tinggi tengahtengah pulau rote, tepatnya di kecamatan rote timur desa sotimori, dusun kenamoen, diapit dan di lindungi oleh bukitbukit juga hutan tropis yang cukup lebat di mana beberapa pesisirnya di tumbuhi hutan mangrove yang subur. Dengan panjang hampir 4 km dan lebar hampir 3 km membuat danau ini sangat unik dan berbeda dari danaudanau yang berada di pulau rote ini. Airnya mengikuti siklus air laut, saat pasang danau ini penuh dan saat airlaut surut di danau ini pun surut. Habitat yang tumbuh disini bercirikan kehidupan laut yang sesungguhnya, ada alga/ganggang laut yang tumbuh subur, udang laut, kepiting laut, ikanikan kecil yang hidup di ekosistem estuary bahkan ada juga satu jenis ikan yang mirip ikan “ nila” bahkan ada yang besar bisa seberat 5-9 kg yang pernah di dapat oleh penduduk di sekitar danau ini dengan cara mancing, jala, pukat dan juga memasang jaring.
 
Di danau ini kita juga bisa menikmati sunrise yang indah, bersampan sambil menikmati exotica biota bawah laut yang unik. Exotika “Laut Mati” ini seharusnya di gali dan di berdayakan secara professional oleh Pemerintah Daerah agar bisa memperkenalkan kepada dunia luar, bahwa danau ini tak kalah saing keindahannya dengan tempattempat lain di gugusan nusantara ini.