Kamis, 12 Januari 2012

ISYARAT HATI YANG TAK TERSAMPAIKAN


kita memang tak pernah saling menuturkan
namun bahasa tubuh kita telah bicara
tentang rasa yang kian intim di fikir kita
“kita saling mencintai” tapi tak punya keberanian
diam bagi orang lain adalah emas tapi tidak bagi kita
diam adalah vonis mati buat perasaan ini

beribu musim kita habiskan dengan tekateki hati
tak punya keberanian mengutarakan sebuah ikrar
ikrar yang membuat denyut nadi kita terbaca
dalam catatan hati yang merindu
namun terlipat rapi dalam mesium hati

sampai suatu saat aku mencuri catatan hatimu
ku temukan beribu pesan rindu padaku
pesan yang tertulis dalam lembarab purba yang telah mati
pesan yang tak tersampaikan
tapi kamu selalu menitipkan nafas pada setiap katanya
hingga denyut nadinya terbaca dengan jelas
agar aku bisa mengeja hatimu

Rabu, 11 Januari 2012

KELUHANKU


jalanku tetap terpeta jelas
bayangbayang perdu penuh debu
tegak dendangkan madah lewat desir bayu
ketika mentari retak membakar ubunubun
pengais rejeki di dada bumi

entah berapa ribu lie jarak terbentang dalam detak waktu
yang selalu sengamahi letihnya hidup
saat sungai letih mengalir, dan rantingpun luruh
kehilangan birahi
ketika jumawa mentari menghanguskan sisa asa
dimana mimpi mulai berangkat senja

selalu saja berteduh dalam getirnya kemelaratan 
memudarkan hijaunya keramahan
masihkah kita membuahi asa di lahan yang kelu
meski selalu lahirkan kesakitan
aku kehilangan pijakan

TETAP TERJAGA


luluh tertimbun isakmu
yang menegur egoku dengan ponggahnya
bukan karena cinta yang telah tumbuh
bukan hanya hatiku yang telah terpaut
haruskah terus kita menganyam kegalauan demi kegalauan
pada ceceran masalalu yang selalu menjerat
usai menatap kemesraan kita pada silamnya waktu
kemudian menumpahkan birahi pada rahim aksara
hingga terlahir anakanak puisi pengobat luka
yang nyaris goyah usai datang rindu menyergap
haruskah terus ku tuliskan puisipuisi cinta
usai menangkap bayangbayang kerinduan
dibalik memoar kita saat kelam datang memeluk
agar cinta ini tetap terjaga

ah jangan biarkan amnesia mengerogoti cintaku

Selasa, 10 Januari 2012

NEGERI RESIDIVIS


sejarah telah tercatat pada lembaranlembaran purba
saat pekik merdeka seperti bara mentari
yang membakar tubuhtubuh penuh frustrasi
terpenjara keangkuhan tembok tirani
dimana dijaga prajurit pengecut dengan ucapan kusut
hanya berani menembak wajah kalut dengan tatapan buruk sangka
tak ada koar reformasi seperti aura mentari
sebab kemajuan hanya berjalan di tempat si kaya

siasialah bertukar nyawa dengan bendera
kemurnian jiwa tinggal krans bunga tanda dukacita
kita masih di jajah system

KERINDUAN KU


keheningan menelanjangi dalam rindu yang tak bertepi
kadang dalam keraguanku tanpamu
terbesit fikirku tinggalkan mu
sebab kefanaan ragamu membebani langkahku
kesepian mengasingkanku dari keteduhan tatapmu
kenangan selalu mengurungku pada sepi tanpa celotehmu
menelanjangi kegundahanku hingga mencabik ketegaranku
hingga aku terasa fakir tanpa dirimu
sehingga aku selalu berpijak pada ruang imajiku
membawah rinduku yang tak lagi bening
hingga malam membungkamku
dalam ranum cinta yang tak pernah matang
terkubur desahku pada palung yang terdalam
inilah alasan dimana muara setiap puisi ini tercipta

adakah kelembutan jemarimu menopangku
dari kejatuhan hati yang kau hujam dalam lelahku
agar aku bisa menyulam asa dalam segalah hasrat

Selasa, 03 Januari 2012

KERINDUAN


I/
kerinduan untuk bertemu telah
memeta memenuhi langkah perjalanan
usai kita lepas hasrat lewat kedip monitor
tentang cinta yang terpenjarah jarak
dalam menggerai nasib
tentang penantian hidup
yang sanggup merayakan gigil senja
saat sauh berkarat dan melepuh
pada tepi dermaga yang gelisah
kita adalah sebuah perjumpaan
dari kelelahan dalam genggaman jarak

II/
kita tak lagi bisa menjelaskan tentang kemarau
tentang tanah retak dan ranggas perdu
sebab kita semakin mengigau tentang kebahagiaan
dengan menafsir potongan rindu pada kedip monitor
sebab hati telah merekam semuanya
segalah yang meriak dalam kalbu
juga badai yang menggenang dalam binar matamu
dengan permohonan
jangan pergi sebab kita terus bersua sepi
dalam cerita yang tak pernah mengenal kata pisah

 III/
mengapa kita titip rindu lewat lolong serigala
juga tangis punguk saat malam bermakna duka
sebab hasrat ini semakin karam
jauh menemani bandul jam yang mengerutu
melebihi detak nadi kita,…