Rabu, 15 Februari 2012

NEGERI PARA PECUNDANG


di negeri ini
terlalu banyak rahim melahirkan petinggi yang selalu menanam janji
memanipulasi dan korupsi lalu di simpan dalam kopor di luar negeri

di balik kondominium mewah apertemen tuan
anakanak negeri terpanggang mati hiduphidup dalam hidup
lalu berita siang ini di tutup dengan demo anarkis
mengalihkan koruptor kakap yang rela digantung di tiang bendera para pahlawan
dimana warna benderanya telah terlupakan
lalu hadir banyak pakar dan politis mulai menganalisa
seluruh terori social yang tak juga bisa membaca kenyataan sosialnya
sebab politisi dan para pakar selalu tak menemukan jalan lurus dari hati

seorang aktivis akan menangisi nuraninya sendiri
kemudian mengikuti naluri kelaparannya
hingga rela meletakan kemormatan di tanah kerahimannya sendiri
dengan alasan kita memerlukan wakil untuk berjuang menentang nasib
lalu dia juga turut membudidayakan nasib masalalunya

Minggu, 12 Februari 2012

DIALOG HATI


kemarin kita memulai sebuah percakapan
dari sebuah rasa yang hanya menawarkan sekumpulan kelam
harus ku akui makna tak sepaham selalu kita bangun
meresapkan asinnya kenangan lalu
yang diamdiam telah membunuh kemesraan kita

di mana kita selalu saling mencurigai
telah membakar peta perjalanan kita
hingga ribuan kecemasan tak pernah terjawab
bagaimana harus melewati sebuah jalan
menujuh muara yang sama yang bernama bahagia

hari ini saat senja memasuki pelukan malam
kita bercakap tentang pagi dengan menanak mimpi
pada sepasang tungku tempat jari jemari kita tertaut
pada pendiangan yang sama
di mana kita selalu menghangatkan harihari indah
saat hasrat dan takdir menumpahkan wangi aromanya

lalu kita sepakat bertukar hasrat hati
dengan suatu keyakinan
bisa saling menyempurnakan dalam amin
agar cinta ini tetap terjaga

haruskah ku mencintaimu
dengan mengikuti arus yang kau buat
dimana muara tempat semuanya berlabuh
adalah aturanmu yang tak terbantahkan
sebab akan menuai pisah sebagai sangsinya

apa yang selalu terpikirkan dibalik benakmu?
setumpuk dendamkah?
ingatan kembali gegas bertandang selepas kau pergi
kenangan masih menyisakan luka pada bekas jejak
dimana debar masih memeluk rindu dengan setia
mengalirkan asinnya kesepian yang aku aminkan

jika hatiku adalah sebuah peta
maka disanalah jejakmu ku letakkan
agar aku tak akan pernah sesat melangkah ke lain hati
dimana kita melumat asinnya rindu dengan nikmat

TAK INGIN BERTEMU JIKA HANYA MENAMBAH LUKA


rinai gerimis baru saja berhenti
gigilnya menyibak malam saatnya kita letakkan lelah
dibalik kesepian, rindu rebah menyisahkan gelisah
membuatku selalu memungut kenangan
dan menjadikannya doa dalam menagih asa

bagiku apa indahnya pertemuan
jika hanya saling menyisahkan luka
sebab pastinya juga ada perpisahan
yang membuatku harus bersengama dengan puisi
sebagai makna kerinduanku

aku lelah berkemas dalam tumpukan kenangan
sebagai bekal perjalananku menemuimu
sebab kitapun akan harus lagi menangis
saat waktu tak mampu menyatukan kenyataan yang lebih perkasa
maka aku lebih memilih caraku tak mengenalmu
jika pertemuan yang selalu kau isyaratkan
hanya membawa luka

BIARLAH RINDU KU TERUS TERUCAP


sayang biarkan rasa rindu ku terus terucap
mengalahkan detak waktu yang kelelahan
dalam menghitung helai musim yang bersalin warna
sebab rasa cinta tak pernah usai
meski kematian datang bertandang
memanjakan kenangan dalam sukaduka
laiknya nadi menjalari kehidupan
agar kedewasaan semakin matang lalu kita menuainya
sebab jarak adalah luka yang selalu datang bertandang
seperti detak waktu yang tak pernah bosan berputar

aku hanya setia mengantarkan rindu ke berandamu
menenangkan gelisah hati dengan riang
agar gigil kesepian tak memelukku dengan erat
sebab cinta menciptakan kekuatannya sendiri
hingga aku selalu meminang puisi sebagai pengganti dirimu
sebab asinnya kesepian hanya menyimpan kesedihan
aku hanya memiliki sisa tubuhmu yang menempati ruang kenangan
pada hayalan yang menjaga cinta dengan ketulusan
kekasihku maukah ketabahan jadikanmu selalu membuka pintu hati

Minggu, 05 Februari 2012

BOCAH GEMBALA


namamu bocah gembala
bertopi caping lontar bersepatu tau beis
melepuh mengayuh jejak hidup di jalanan sabana yang panas
di bawah terik kemarau
tak pernah lagi membawahmu ke padang gembalaan
dimana lenguhan kerbau pada mataair yang bening
sebab bumi mu telah kering
hanya angan yang merdeka
pada tanah yang tak pernah merdeka

meski sumringah senyummu serumpun tulus di dada
rekah sepanjang pematang sawah tempat tumbuh kembang ilalang
sebab kembang perdu tak lagi membelukar dalam doa yang mengakar
serupa doa sunyi dari rahim gagak yang licik
jadikanmu dewasa dalam nasib