Senin, 30 Juli 2012

Hatihati menjelaskan tentang Politik pada Anak


Seorang anak suatu hari bertanya pada ayahnya tentang arti dan makna dari “POLITIK ITU” seindiri terkait pekerjaan rumahnya yang diberikan oleh gurunya. Karena sangat tidak memahaminya maka ia mulai bertanya pada ayahnya.
Sang ayah sejenak berpikir dan mulai mencoba menjelaskannya dengan menggunakan ilustrasi sederhana kepada anaknya dengan harapan anaknya bisa berpikir kreatif sesuai dengan usianya. Maka kata ayahnya “ ayah akan mencoba menjelaskan dengan perumpamaan sederhana; ayah adalah kepala keluarga yang bekerja dan bertanggungjawab untuk menghidupi keluarga, jadi kita sebut ayah adalah pemilik modal atau “Investor”. Sedangkan ibumu mengatur keuangan dalam kehidupan  rumahtangga ini jadi kita menyebutnya “Pemerintah”. Dimana ada kerja sama yang baik dan hubungan yang harmonis antara ayah dan ibu yang selalu memperhatikan kebutuhan kebutuhan rakyatnya dan masa depan keluarga ini. Disini posisimu kita sebut “Rakyat” dan adikmu yang masih kecil kita menyebutnya “Masa Depan”. Sedangkan bi inem (pembantu) kita sebut “Kelas Pekerja” yang membantu sebahagian kecil tugas ayah dan ibu, juga menjagamu dan adikmu selain ayah dan ibu. Sekarang apa bisa di pahami maksud ayah nak!!; kalau belum pikirkanlah dan coba nanti kamu kerjakan dan hasilnya ayah akan melihatnya.
Setelah merenung sebentar si anak menjawab ia ayah, nanti aku kerjakan pekerjaan rumahku. Kemudian si anak kembali ke kamarnya sambil berpikir tentang apa yang dikatakan ayahnya. Tapi penjelasan ayahnya sangat tidak bisa di terimah oleh nalarnya yang masih kecil dan sederhana. Saat dia mulai tertidur hari telah larut. Tibatiba dia terbangun mendengar suara adiknya menangis. Ia melihat adiknya ngompil. Lalu ia menujuh kamar tidur orang tuanya dan mendapati ibunya sedang lelap dalam tidurnya. Karena tidak tega membangunkan ibunya, maka ia pergi ke kamar pembantunya. Karena pintu kamar pembantunya terkunci maka ia kemudian mengintip melalui lubang kunci dan betapa terkejut ketika melihat ayahnya sedang berada di tempat tidur bersama pembantunya.
Akhirnya dia kembali ke kamar tidur dan mulai berpikir tentang hubungannya dengan “politik” yang dijelaskan ayahnya tadi sore. Dengan menghubungkan situasi dan diri mereka dalam rumahnya maka mulailah dia mengerti arti politik itu sekarang. Dan diapun mulai mengerjakan tugas yang diberikan gurunya pada buku pekerjaan rumahnya. Pagi harinya sebelum berangkat ke sekolah ia berkata pada ayahnya, “ayah aku telah tahu arti politik itu sendiri sesuai dengan penjelasan ayah padaku”.  Sambil menunjukan hasil kerjanya dia berkata “Politik adalah suatu hal dimana Investor berselingkuh dengan kelas pekerja, sedangkan Pemerintah tertidur lelap. Maka rakyatnya diabaikan dan masa depan dalam keadaan kritis dan menyedihkan”.
Sang ayah,.. ?????? nah loh

Minggu, 29 Juli 2012

SELAMATKAN LAUT ROTE DAN EKOSISTEMNYA DARI PENCEMARAN


Masih menyisahkan traumatic yang dalam di diri nelayan Rote Ndao, ketika kilang minyak milik, PT. TEP Australia pada 21 Agustus tahun 2009 mengalami kebocoran sehingga kurang lebih 2.000. barel minyak, gas dan kondensat tumpah ke laut. Kasus montara ini telah menghancurkan sendisendi perekonomian daerah ini tanpa sebuah penyelasaian yang jelas, padahal perlu bertahuntahun untuk memulihkan dan membangun kembali ekosistem yang telah rusak.
Rote Ndao adalah daerah kepulauan dengan porsi wilayah laut yang lebih luas, merupakan sebuah anugerah Allah yang patut kita syukuri. Laut merupakan kekayaan alam yang seharusnya membentuk identitas dan jati diri daerah ini. Di sinilah nilai jual kita sebagai nenek moyangnya nelayan yang menjadi salah satu daerah pengeksport hasil laut perlu dilestarikan, dikembangkan, diperbaharui dan di jaga ekosistemnya agar menjadi asset menujuh masa depan yang cerah.
Akan tetapi saat ini laut yang dimiliki di daerah ini semakin lama semakin memprihatinkan, berbagai kerusakan laut makin banyak di temukan, pengambilan ikan yang menggunakan “Pukat harimau”, potassium, dentum trinitrotoluene (TNT), pembukaan tambak udang, bandeng, dan tambak garam tanpa pengelolaan dan penanganan yang professional tanpa memperhitungkan dampak lingkungan dengan baik telah merusak ekosistem pantai dan hutan mangrovenya. Belum lagi pencemaran laut berupah limbah rumahtangga, industry kecil (tailing) yang ratarata bermuara ke laut. Yang terparah adalah proses sedimentasi pada muara oleh sampah dan material lainnya yang menumpuk membuat hutan mangrove dan hewan di sekitarnya mati. Kita lebih mengutamakan target pendapatan tanpa memperhitungkan kesiapan dan kelangsungan hidup dari sumber daya alam ini terabaikan. Sehingga pada akhirnya daerah akan mengalami kerugian yang lebih parah karena ketidak seimbangnya ekosistem ini.
Kekayaan alam yang potensial dan unik ini membuat mata dunia sangat terkesan. Oleh sebab itu kita perlu menjaga dan mengembangkannya dengan baik. Salah satunya adalah konservasi alam dan ekosistemnya agar tetap terlindungi dan alami kelestariannya. “Ekosistem Mangrove” merupakan ekositem pelindung pantai dari abrasi air laut dan pengendalian dampak lingkungan hidup yang secara signifikan memberi kontribusi dalam proses penyerapan karbon untuk menekan emisi gas rumah kaca yang menerobos atmosfir. Hutan mangrove dan lamun adalah penyeimbang iklim dan penyerapan karbon, untuk itu perlu kita lestarikan secara arif dan bijaksana. “Ekosistem Pantai” adalah daerah yang di pengaruhi oleh siklus pasang surutnya air laut. Dimana organisme  yang hidup di sini memiliki adaptasi structural sehingga saling melekat erat  membentuk rantai makanan yang saling menopang. “Ekosistem Estuary” merupakan tempat bersatunya sungai dan laut yang di pagari oleh lempeng lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Dimana salinitas air berubah secara bertahap yang dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surutnya airnya dimana nutrien dari sungai sangat memperkaya estuary tersebut. “Ekosistem Karang” merupakan komunitas terumbu karang dan organisme lainnya yang hidup di daerah tembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Ekosistem ini di denominasi oleh coral yang merupakan kelompok cnidaria yang menyusun substrat tempat hidup karang lain. “Ekosistem Laut” ditandai dengan salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di daerah tropik dengan variasi kedalaman yang berbeda, yaitu litoral adalah daerah yang berbatasan dengan darat, dengan variasi kedalaman neretik, batial dan abisal. Ekositem-ekositem ini merupakan mata rantai kehidupan juga rantai makanan yang tak dapat dipisahkan.

Solusi yang sangat sederhana mulailah dari dalam diri kita sendiri dengan menanamkan kesadaran individu agar jangan membuang sampah sembarangan dan kurangi produksi sampah yang tidak mudah terurai (plastic, sterofoam, karet dan lain sebagainya), hentikan pembuangan limbah rumahtangga dan isndustri ke laut atau sungai yang nantinya bermuara pada laut sehingga terjadi penumpukan sedimen pada permukaan pantai, hentikan pembukaan tambaktambak udang yang merusak hutan mangrove dan ekosistemnya, pengambilan ikan yang menggunakan “Pukat harimau”, potassium, dentum trinitrotoluene (TNT). Solusi lain yang sangat tekhnis adalah bagaimana mengurangi dan menghambat pengrusakan ekosistem ini dengan aturan dan sanksi yang tegas tentang dampak dari persoalan ini, tekhnologi, metode dan cara mengurai sampah, merehabilitasi pantai dari sampah dan abrasinya, menanam dan peremajaan kembali mangrove, dan merehabilitasi terumbu karang yang mati dan hancur.
Oleh sebab itu mari kita kembali melestarikan dan menanam mangrove, merehabilitasi karang, membersihkan sampah yang mengangkangi pantai dan muara agar kita bisa terus mendengar lengking elang laut, teriakan camar, dan canda manyar mengangkangi rimbunnya mangrove, dimana jala nelayan tidak lagi menjerat buih amisnya sampah. Agar anak cucu kita bisa terus melihat birunya safir yang tidak lagi dikerat cemar limbah dan polusi. Mari kita perangi hantu potassium, dentum trinitroluena dan keserakahan pukat harimau yang meracuni senyum ranum nelayan. Agar anak cucu kita bisa bercanda dengan si nemo yang lincah, menari riang diantara dekapan moluska dan belaian alga, melihat tarian liar pari anta dan akrobatik si dolphin, saat dugong dan mydas bernyanyi merdu.

Mari  ke laut selamatkan senyum kecut nelayan saat sampan di labuhkan ke bibir pantai karena hari ini tak adalagi kehidupan di sana. Selamatkan laut berarti kita juga telah menyelamatkan ekonomi bangsa ini pada umumnya dan dapur nelayan pada khususnya, yang juga menu kita di meja makan.



Sabtu, 28 Juli 2012

TOLAK TAMBANG MANGAN DI ROTE


menyusuri tepian petak ladang, seakan sampai pada keheningan alam yang sempurna, sesekali terdengar lenguh kerbau juga siulan kecil seruling bambu bocah pengembala.Diantara pekik riang dara pemetik padi saat panen. Disitulah rumahnya berdiri kokoh, berdinding pelepah gewang (*1) bercat putih, bersih dan elegan, berdiri di belakangnya mengangkangi sungai kecil tanpa tepi, dibawah teduh pohon beringin juga lontar yang subur tumbuh berpagar aneka puring dan kembang liar lokal yang tertata juga aneka unggas yang tentram berdamping dengan ternak lainnya.

aku datang lagi  ke rumah itu pagi ini dan di suguhi segelas kopi hitam penghangat pagi yang beku, di temani sepiring singkong rebus. Sambil mengisap rokok lintingannya yang tinggal setengah. Dia menyapaku menyuruh menikmati suguhan istri tercintanya, sambil terus merokok. Asap mengepul tipis melalui wajah tuanya. ia amati tanahnya yang luas berselimut rumput hijau. mata kecilnya sedikit terpicing saat terdengar lenguhan dari salah satu ternaknya yang setia menemaninya.
rokok yang di linting dengan daun lontar itu sudah hampir mendekati bibir keriputnya, namun ia belum juga beranjak dari duduknya. mata tuanya lalu menerawang, menatap langit pagi membiru tanpa awan putih. lalu matanya menukik tajam ke sebatang pokok kayu kering dimana sedang bertengger se ekor elang tropis, di bawahnya tanah gersang hanya, di tumbuhi sedikit perdu, pohon duri kayu putih dan beberapa batang lontar yang juga menjadi sumber hidupnya selama ini.
ada begitu banyak batu hitam keabuabuan yang akhirakhir ini menarik perhatian banyak pihak. ia tahu dengan baik batu itu jenis apa. Bentuknya yang sangat khas seperti kue solo* (Kue cucur) ada yang gumpalan kecil sebesar kepalan tangan. Bentuk yang mengundang berjuta-juta dollar. mata uang yang tak pernah ia lihat seperti apa bentuknya. setidaknya itu yang ia dengar dari bisikan mereka yang mampir ke gubuk tuanya.
Lama Ba’i (*2) Ande merenung. Lalu berkata padaku, “apakah anak juga sama seperti mereka yang datang kah?” sambil terus mengisap rokok lintingannya. Kataku “aku tidak tahu ba’i punya maksud apa?,..sambil menunjuk ke gundukan tanah tadi dia berkata “ itu mereka mau gali lubang di sana lalu mau ambil itu batu, na kalau sudah di gali na bagaimana dengan saya punya rumah lai ne. habis itu saya punya hidup di situ saja, aku hanya terdiam merenungi ucapannya,. Kemudian katanya lagi “Ana tahu di saya punya tanah satu di pinggir kali sudah tergantung, itu rumah anak saya yang sudah mau rubuh menindih mereka. Kamu tahu pemerintah siapa yang mau lihat lagi kalau sudah begini. Saya tidak mau uang dolar, saya hanya mau hidup tenang di hari tua saja anak eh, apapun yang terjadi saya akan mati disini, jangan ada yang datang ganggu saya punya milik.
Dia sudah tua. Anakanaknya sudah pada meraih sukses di kota. tak lama lagi kakinya akan mendekati liang lahat. ia berpikir bukankah selama ini tak satupun yang peduli dengannya, bahkan tetangganya jarang mampir. Apalagi pemerintah bahkan pemerintah desa yang terendahpun jarang mampir kalau tidak membutuhkan tenaganya dib alai desa. lalu kenapa kini mereka jadi rajin menyambanginya. Bahkan ada yang nekad membeli tanah tersebut. Ah sebuah perubahan yang terlalu tiba-tiba.
sejenak ia menarik nafas panjang. sepertinya keputusan besar ia sudah ambil masak-masak. cuma satu yang ia inginkan.ia hanya inginkan sisa umurnya seperti  sang elang yang bertengger  pagi tadi di pokok kayu tua di sudut ngarai . tenang tanpa kebisingan di sisa hidupnya. ahh sebuah keinginan yang sangat sederhana jauh dari imingiming rupiah apalagi dolar.
Ahh aku jadi teringat kata pemimpin negeri ini kemarin waktu pidatonya di depan masyarakatnya sendiri dengan menunjukan sisi positif dari penambangan ini untuk keuntungan masyarakat di sekitarnya, “bapa, mama dong bisa jualan kue, bisa menjadi tenaga kerja di sini, otomatis dapa do’i tambahan untuk bapa mama semua kan??. Sambil sesekali mengurut kumisnya lalu tersenyum simpul. Tapi hari ini baru saja aku di suguhi menu local yang nikmat tapi juga prinsip dan rasa cinta pada lingkungan yang sangat begitu besar dari seorang tua yang sangat sederhana dan tidak pernah menginjakkan kakinya di bangku sekolah.

Seandainya pemerintah tahu akan dampak negatifnya yang begitu banyak bukan sekedar jualan kue dan jadi buruh tambang. Maka kita tidak pernah kehilangan pantai, alam yang indah dan ekosistim yang sudah terbangun puluhan tahun disana dengan baik. Kita juga tidak lagi setiap tahunnya menanggarkan uang ratusan milyar ke jalan jalan raya yang rusak karena bongkar muat hasil tambang yang hilir mudik membagi timbale dan polusi kepada ekosistim di lingkungannya bekerja dan berlalulintas,. Kita juga tidak terkena polusi dari dan limbah dari dampak eksploitasi daerah tersebut. Dan yang terpenting kita juga tidak pernah merusak daerah pertanian, peternakan, juga hilangnya unsur hara, humus dan kompos yang menjadikan tanah itu subur, lalu akhirnya kering kerontang dan berdebu.
Kalau saja setiap orang di desa punya pemikiran yang sama seperti ba’i ande ini maka dampak negative dari penambangan ini bisa di hindari.

keterangan * 1 = Gewang adalah pelepah daun Enau
                    2 = Sebutan untuk orang tua yang di hargai

bisa di lihat disini bagamana kerugian yang di alami oleh : http://www.berdikarionline.com/opini/20100923/pertambangan-batu-mangan-di-ntt.html
dan bagaimana sikap berbagai elemen masyarakat menolak tambang ini dengan gigih
http://indo.jatam.org/saung-pers/petisi/109-tolak-tambang-di-nusa-tenggara-timur.html

Jumat, 27 Juli 2012

SEPEDA PANCAL DAN CINTAKU


cinta kita layaknya sepeda pancal
dimana kamu duduk di boncengan
lalu memeluk perut waktu
saat kaki rentahku mengayuh rindu di jalanjalan kenangan

seperti dering belnya,
tawamu selalu renyah menggoda menyapa
ku ingin mengecup bibirmu
yang ranum dan selalu basah oleh embun
ringkih dalam riap rambut halimun pagi
dimana cinta terkurung dalam hangat dekap selimut kasih

sementara sepi jauh mengendap
dimana waktu enggan pergi
sebab rodarodamu adalah kakikaki lentik
yang selalu mengendap diamdiam memelukku
hingga jarak tak pernah bersisa

MENUNGGUMU


senja ini ku menunggu mu,
ditemani secankir kopi
demi membebaskan diri dari kejaran waktu
tak ada negoisasi
cuma transaksi yang mengoyak kesepian
menatap riak kolam lalu tenang. senyap

malamnya ku berdialog dengan imajiku
sekedar melupakan penat dan mengulur waktuku
mencari kesempatan yang datang menggoda
menghitung rugi laba pada masa depan
agar tepat mengambil resiko
lalu lelah siang tadi akan segera pergi

malam semakin tua
tapi kamu tak pernah datang
hanya mengirim mimpi
menghirup wanginya cinta dalam dengkur
berangkali siang tadi aku lupa petualangmu
menungguku hirup sendumu di sudut ranjang

ahhh aku mulai terjebak rindu yang bisu
bersama duduk
mengukir cinta pada kanvas hitam
melukis lagi rasa yang telah hilang,
agar lepaskan segalah penat hati
mungkinkah aku telah menghirup mimpi
tanpa menafsir arti nyata hadirmu
aku kembali lagi alpa.
aku sepi. sendiri

KU SENGGAMAHI TUBUH IMAJIMU


waktu hanya sisakan jerat
dalam hasrat mencari bayangmu
ku ingin memelukmu dalam pagutan rinduku
walau hanya satu ciuman di tengkukmu
lalu kita menari di ranjang sepi,
sambil menautkan jemari

waktu terus merahim dalam detak dadamu
juga dengus nafas kian tersengal
mendaki menyusuri jiwa
hingga keringat waktu mengucur deras dalam erangan
“mimpikan aku dalam tidurmu”
hingga derit sepi selalu datang kembali
bersenggama dengan rinduku berkalikali

sempurna mimpiku tumpah hingga alpa
berapa anakanak rindu yang terlahir dari rahim waktu
sebab hanya inginku mendekap mimpi itu
lalu menyemainya di ladang hatimu
mungkinkah akan tumbuh