Rabu, 04 Juli 2012

WISATA PANTAI DI PULAU ROTE


Pulau terselatan wilayah Indonesia ini memiliki ciri khas tersendiri dengan budaya lontarnya.  Mulai dari alas kaki sampai ke alas kepala menggunakan daun lontar sebagai bahannya. Aku teringat film “ kolosal romawi kuno” dimana alas kaki para prajuritnya menggunakan kulit binatang dengan anyaman melindungi pergelangan kaki pemakainnya. Di daerah ini alas kakinya dianyam menyerupai alas kaki prajurit romawi tersebut dengan nama “ Ta’u Beis” juga topi mirip cowboy meksiko tapi di beri rumbai dan antena dengan nama “Ti’I Langga”, alat musiknya bernama “Sasandu” sejenis sitar atau kecapi dengan 10 dan 38 tali stream yang menggunakan daun lontar sebagai wadah penutupnya, sehingga menghasilkan bunyi yang sangat merdu dan khas.

Pulau Rote yang tegak berdiri sebagai gerbang paling selatan wilayah Nusantara ini terbentang di garis 11 derajat Lintang Selatan. Suhu udaranya panas tropis, cocok untuk mereka yang menggilai wisata pantai. Dengan luas kirakira 70 kali 30 kilometer, sebagian besar daratan di kepulauan Rote ini berupa tanah dengan berbatu karang menawan. Tidak banyak tanaman yang dapat tumbuh subur di pulau ini terutama di bagian utara dan selatannya yang berupa pantai dengan dataran rendah kecuali itu di bagian tengahnya terdapat lembah dan perbukitan. Di apit dua pulau besar Timor dan Sumba dengan populasi sekitar 120.000 orang, sangat jauh dalam peta petualang namun terasa dekat di hati ketika kakikaki telah berpijak di dermaga Kota Baa. Pulau ini sangat jauh dari kesan menarik jika belum mengenalnya dari dekat. Dengan memiliki pasir putih dan halus seperti tepung, keindahannya terus di tuturkan oleh petualang dan peselancar dunia. Dengan permukaan pulau yang berbukit, sabana yang luas dan beberapa danau kecil yang memiliki ciri khas yang sangat spesifik, dimana airnya asin dan berbuih laksana salju di musim dingin. Layaknya laut merah di timur tengah. Di wilayah pantai selatannya terbentang tembok karang yang sangat terjal dan tinggi dengan gelombang laut selatannya yang sangat dasyat. Menjadikan lokasi ini sangat sempurna untuk menjajal kemampuan peselancar dengan gulungan ombaknya yang setinggi 3 sampai 5 meter dengan variasi gulungan sebanyak 8 gulungan seluas 1.200 meter sangat terkenal karena sebagai salah satu penyedia ombak terpanjang di Indonesia. Yang menjadi titik pencar para peselancar dunia yang biasa mengikuti lomba tingkat internasional.
Kawasan ternama untuk peselancar dunia adalah pantai Bo’a dan Nemberala berkiblat ke Laut Sawu di bagian baratnya, bagaikan alunalun berpasir yang berhias lontar dan nyiur subur tumbuh berdiri walau kemarau panjang selalu datang bertandang. Kecantikannya semakin sempurna dengan perpaduan antara lanskap alam dengan masyarakat petani dan nelayannya yang murah senyum. Warna-warni kedalaman air yang bervariasi telah melingkari kelopak-kelopak hutan sabananya yang sulit dicari padanan keelokannya.  
Walau jauh dari gegap gempita kota besar di berbagai penjuru tanah air tetapi Pulau Rote tidak terlalu jauh tertinggal untuk ketersediaan fasilitas wisata eksklusifnya. Yang telah di bangun oleh beberapa pengusaha asing yang bekerja sama dengan warga pribuminya. Tanpa meninggalkan tradisi dan kesederhanaan yang ditumbuh kembangkan dalam bentuk rumah adat tetap nampak dari bibir pantai hingga dataran tinggi di perbukitan. Kesamaan antara eksklusifitas dan kesahajaan ini bertumpu pada bahan bangunan yang sedianya berawal dari satu anugrah alam, yaitu pohon lontar untuk bahan tiang bangunan hingga atap yang melindunginya. Yang selalu berkiblat ke laut agar tidak terhalang saat senja meninggalkan cakrawala di atas lautan Sawu menjadi begitu spektakuler dan mengundang decak kagum.

Tidak ada komentar: