Senin, 30 April 2012

KU TETAP MENUNGGU MU


selalu ku titip sebuah email rindu buatmu
saat malam mulai menua dengan harapan
kau membacanya saat siang dan senja mu
disana aku selalu menatapmu penuh rindu

doaku menungguimu akan jelma taburan mawar
saat ku lingkari kalender pertemuan pertama kita
meskipun helai alamanak terus gugur gantikan musim
aku tetap memilih jalan pada diari cinta ku  
yang mulai membatu menjadi garam

mengapa engkau masih bersetia pada masalalu
lalu melupa padaku yang selalu menanam senyum di pijar matamu
menunggui malammu dengan doadoa berbau kemenyan
sebelum fajar merapat dan kita berkemas menujuh akad?

DIALOG MALAM MAYA KITA


embun masih mengunci lelap kantuk
namun waktu telah mengetuk pintu
padahal  penatku belum lunas
mengemas wajah rindu di mimpiku
ku buka tirai jendela, laju kenangan terus berlari menyapa
sementara malam masih mengantung di kedua matamu

asbak penuh puntung, pun gelas penuh jelaga kopi
berebut menjadi polusi dalam kamarku
kedip monitor masih menyisahkan screensever yang mulai tidur
selalu saja begini pada muara yang sama
setelah lelah kita berbagi mimpi semalam lewat kedip monitor

kearah mana aku harus menemukan pagi yang dermaga
sedang asinnya pertemuan dan gigil pelukan
selalu saja merampasmu dari ku atas nama jarak

mungkin kamu begitu beku manafsirkan rindu
tak ubahnya detak detik waktu yang membunuh musim
menjadi hitungan helai kalender yang selalu gugur
selalu berulang pada angkaangka yang ituitu juga
tetapi kita tetap sama, selalu melontar rindu lewat maya

kadang kita mengutuk kesalahan kecil
menjadi sarapan yang matang sebelum pagi
sebab curiga dan cemburu selalu rapi tersimpan dalam dada
di dalamnya kita melahap dengan rakus demi ego yang kian kuat
hanya demi mencari mentari pagi yang masih misteri

CEMBURU


selalu saja kita berkelakar dalam imaji
lalu terseret dalam bayang amarah
saat pikiran menghantui diri dari rasa curiga
karena cinta kita terpenjara jarak

saat kita buka lagi lembaran masalalu
segalah paradigma lelehkan helaihelai makna
hingga kita lupa mataair kearifan dan hakikinya cinta
pada tepian rasa yang sunyi hingga alpa merenungi barisbaris doa
di tengah rasa yang terbakar cemburu

karena jiwajiwa yang dirundung cemas
akan cinta yang hilang hingga kita segerah akrab
dengan perpisahan yang siap menghadang

NEGERI JAHANAM II


ketika unjuk rasa sudah tak lagi tabu
para kaki tangan tirani turun ke jalan
berbaur dengan keluh jelata
bersembunyi di balik jeritan hati nurani rakyat
namun diamdiam mohon petunjuk dan restu penguasa
lalu rekayasa di daulat atas nama keamanan dan stabilitas bangsa
bedil di tembakkan pada wajah kalut tanpa dosa

untuk apa berjibaku melepaskan belenggu kebebasan
jika aspirasi selalu tercampak di bak sampah
sebab pemberontak selalu bertukar piring makan dengan penguasa
diamlah dalam memilih sebab kita banyak
diam mungkin itu lebih baik,
diam bukan karena kalah
tapi diam adalah strategi perang

jika tak bersatu
siasialah bertukar nyawa dengan bendera
berhentilah memilih serigala berbulu domba

NEGERI JAHANAM


tinggal di negeri ilusi tak jelas siapa penakluk
sebab pusaran tornadopun tetap merunduk
tanpa malu khianati nurani para penitip amanah
dengan suka rela mengantar mahkota hingga singgasana tirani

aktivis hanya penabuh genderang perang
namun piawai merajuk dan memohon petunjuk dan restu
jika kantongnya mulai lemah dan tipis
mulailah menipu sejarah dengan topeng berwajah malaikat
padahal di belakangnya berlabuh beribu kapal keruk

negeri ini telah berubah jadi negeri jahanam
saat penghuninya meratap dengan dara dan airmata
sang pemimpin justru menyaksikan konser klasik
karena seharian lelah tebar pesona dan pencitraan diri