Kamis, 03 Mei 2012

BUNDA



bunda
kemana petuahmu yang aku sebut kolot
kemana rangkaian lokomotif perintahmu
yang aku sebut nyanyian kampungan
sudah bisukah
saat uban menggiringmu menapaki senja usia
bunda
aku menyesal menyebutmu demikian
setelah pergimu aku menyesalinya
mengapa aku tak ingin menemanimu
memandang mentari yang mengatupkan mata jingganya
bunda
tanpa keluh dalam peluhmu
dzikir menjadi nyanyian bibirmu
tak lekang waktu pujianmu pada sang khalik
retinamu dalam rabun
masih saja tajam menukik pada ayatayat Suci
bunda
aku iri melihatmu banyak menanak bekal
dalam sisa perjalanan mu
bunda Tuhan begitu mencintaimu 

CINTAMU NADIKU



sendiri dalam kesunyian liar tak berwujud
ada cinta yang kurasakan dalam sosok imajiku
yang tak henti mengerogoti dalam rangkaian keluh
terhempas riak dari pelupuk mata
selusur mesra jemariku merajut tiap helai rambutmu
wajah yang kau telusuri lewat kecup lembut
meluapkan rinduku sudahi jenuh
pada rangkaian pertikaian yang sering kita gelar
resah mu mendikteku
dalam dekap cemburu yang salalu hangat mendesir
laiknya pagutan liarmu di bibirku
menghanyutkan tiap keluhku akan jarak yang terentang
lalu peluh gairahmu menganaksungai di sekujur nadiku
nyaris tak terdengar menutupi lengking gairahku
aku keluh dalam rindu
memikirkanmu hingga lupa waktu
terus mengucur dalam nadiku yang membuatku hidup
hidup dalam cintamu

Rabu, 02 Mei 2012

TANGAN RINDU


dalam kesepian kita saling bersalin resah
hingga ladangladang kemarau kembali semi
meski rabun kembali tak awas melirik jalan pulang
sebab cahaya kian jauh dan waktu kian laju pada segala jejak

kita terjerat pada kebahagiaan semu
hingga memilih untuk saling merawat dalam pertemuan
tak pernah ada kata vacansi
sebab putaran waktu adalah berjuta ingin yang harus berpadu
untuk mengsakralkan rindu dalam pertemuan

kerinduan tibatiba menjadi tangan kekar
kuat menjangkau mimpi
yang selalu terbaca dalam jejak yang tertinggal
dalam peta yang menyerupai doa yang selalu dijejalkan
salahkah kita saling bermimpi,
mimpi yang begitu menghangatkan

HATI ADALAH GUDANG KENANGAN


dada adalah sebuah gudang
isinya tumpukan rasa, kenangan dan rindu
yang selalu terlipat rapi, sesekali membukanya
kadang di kenakan saat gigil sunyi datang bertandang
sesekali menatapnya nanar saat tak lagi berdekap raga

di lain waktu, dada menjadi sesak
ribuan duka berjejer saling menumpuk,
retas airmata berlompatan mencari jalan
satusatunya mengurangi beban yang menemani

tak ada gudang yang melebihi luasnya dada
pasang surut kehidupan dengan gemuruh jiwa
dapat di lihat dari jendela hati, intiplah dari binar matanya
di sana ada banyak pesan dan makna

KESERAKAHAN YANG BERDIAM DI HATI


teori kembali tak bisa membaca kenyataan
sejak nurani memilih tak lagi berumah di hati
dengan janji yang selalu di kangkangi
sebab kecintaan pada kekuasaan semakin kuat

nurani telah terbantai dalam ketakutan
tak ada lagi doa yang terjawab
sebab Tuhan sibuk menyeleksi doadoa yang menumpuk
maka jadilah sebuah pesan yang memilih membusuk
hingga lupa menanak bekal ke akhirat

semuanya terjadi sejak keserakahan berdiam di hati