Senin, 30 Desember 2013

PILIHAN MU



kegelisahan hidup selalu mengalir
mengikuti peradaban, menyeretmu pada jalan pintas
yang telah menenggelamkan doa ibumu
dengan sebuah pilihan hidup, persetan dengan moral

keimanan yang dulu karib, mulai mengasingkan diri
berganti tempat dengan gelap malam
yang terlihat terang dari belahan dadamu
bibirmu yang bergincu mengaminkan setiap dakwamu
dalam erangan yang sensual

bagimu memberi kenikmatan adalah nabi yang paling di sayangi
yang telah membunuh penderitaan hidupmu
dengan rasa syukur

Rabu, 25 Desember 2013

NATAL AKAN DATANG JIKA ..........



natal mungkin akan datang, seperti indahnya bunga bakung
membawah semua keindahan dan pujian
atau juga tetap hibernasi ,akibat aib kemarau hidup
tapi ingatlah malammalam kita yang penuh percakapan
saat lelahnya jiwa,kamu mengajak ku berdialog

kata mu “lihatlah diriku, keindahanku  akan kering
seperti rumput saat kemarau dan akan terbang terbawah angin
segalah pujian akan raib seperti embun dibakar mentari
hadirku bukan memamerkan keindahan dan pujian
tapi hanya mengabarkan kepada dunia bahwa keindahan itu hanya sesaat
dan pujian itu hanya memenjarakanmu dalam ego
sebab saatnya engkau akan kering seperti rumput yang akan diterbangkan angin

natal mungkin akan datang, seperti kerennya sepatu baru
yang selalu memilih diombangambingkan setiap langkahmu
melewati dan merawat jejakjejakmu di jalanjalan
di mana hasrat tualangmu senantiasa hadir
dalam pengembaraanpengembaraan yang diwafatkan waktu

bila saat itu tiba, jangan bertanya pada kelopak kembang
yang selalu gugur di nisan kenanganmu
perihal siapa yang menangis, ditinggalkan 
sebab hidup sudah selayaknya demikian pada setiap epital hunian
bila dirimu ingin tahu sebelum menemui kefanaan
menepilah dalam kesunyian dan berdialoglah dengan hatimu
maka dirimu akan tahu dan memilih menziarahi sebelum diziarahi

Kamis, 19 Desember 2013

KU MINTA RESTUMU IBU



begitu putih, hatimu menuntun gerak langkahku
hingga hariharipun selalu jelma kubangan rindu
memintal gerai kasih. kelak kau titipkan sepanjang jalanku
bukan sekedar jadikan kenangan tapi penuntun hidup
yang lahir dari rahimmu yang bernas

senyum yang selalu terpancar
menjadi tempatku menyandarkan segalah letih
biarkan aku pulang menyelami laut kerinduan
yang selalu pasang dalam pelukmu, ku ingin larut lebih dalam
menyelami kedalaman tangisku

ku ingin lesakan kesedihan dalam dadamu
hilangkan lelah dalam lusuh keluh
baluti luka hati dalam  dekapmu yang paling ibu
agar cintamu mengawalku menujuh matahari pagi

Senin, 16 Desember 2013

KECEROBOHAN MANUSIA




harus lagi berapa lubang yang tak bisa tergali
untuk menguburkan ribuan butiran tangis
yang berjejal memagari ribuan jalanan yang lenggang
aku juga tak tahu bagaimana mengais serpihan daging yang berserak
bertebaran diantara rodaroda dan trotoar jalanan yang terkoyak
apa yang mesti kita pungut dari ceceran airmata

ketika takdir menjemput kita tak pernah tahu
kita tak tahu seberapa siapnya diri
yang kita tahu, kita terlahir kembali dijalan pulang
menitipkan jejak duka diantara gundukan tanah merah

Minggu, 15 Desember 2013

ANAS VS PARTAI DEMOKRAT,.. ADALAH SEBUAH SKENERIO UNTUK MENINGKATKAN ELEKTABILITAS




Disini jelas terlihat posisi “ Anas” adalah Black Box” berikutnya yang telah diskenariokan. Statemen Anas”jika serupiahpun aku korupsi, gantung aku di Monas” membuat para petinggi Partai Demokrat kebakaran jenggot. Banyak spekulasi mulai bermunculan. Ada apa dibalik statemen ini. Sementara rakyat di buat tercengang. Apa memang benar ya. Terlepas dari benar tidaknya statemen ini hanya Tim Penyidik yang bisa membuktikan. Sebab statemen ini sangat sarat makna. Sebuah ancaman, juga pernyataan perlawananyang sangat militan. Jika terbukti benar, maka dia mempunyai amunisi yang siap di tembakkan pada sasaran yang lebih besar. Jika tidak maka namanya semakin terang bersinar. Terlepas dari benar dan tidaknya pernyataan ini, apakah Anas mempunyai keberanian yang sangat besar untuk mengungkapkan semua carutmarut yang ada dalam Partai yang membesarkan namanya. Atau ada nilai tawar yang lebih tinggi ketika nyawanya menjadi taruhan, lalu memilih mundur sebagai penghianat. Sebab dirinya sangat berat melawan dalam permainan ini, karena dia sendiri tahu siapa wasit yang memimpin pertandingan ini.
Perseteruan antara Anas Urbaningrum VS KPK, dalam meributkan “sprindik” selalu menjadi Hotline media tanpa menyentuh substansi persoalan yang selama ini di bidik sebagai “black box” dari gerakan anti korupsi itu sendiri. Sebab dalam perjalanan penyelidikan hingga penyidikan selalu saja melibatkan the big boss. Untuk mempertahankan kekuasaan, memulihkan citra diri dan mengangkat elektabilitas partai yang semakin terpuruk di mata rakyat, maka harus ada yang menjadi tumbal dari semua ini. Muatan politik yang demikian full power telah menggilas institusi KPK hingga selalu dilema dalam menerbitkan surat perintah penyidikan.
Di tengah dinamika demokrasi yang terus bergerak maju, rakyat selalu saja dirugikan dalam permainan ini.  Sebab “Mainstream Politik Kartel” telah “menjerat dan membentuk karakter elitelit politisi” tentang sebuah pembagian kekuasaan, bagaimana membentuk monopoli agar meminimalkan persaingan dengan cara berkoalisi, mengontrol kekuasaan dengan pencitraan diri partai, barter kekuasaan dengan cara toleransi terhadap KKN. Sistem ini sangat pengertian, dalam berbagi sehingga kekuasaan tidak lagi akuntabel. Secara prosedural sistem ini demokratis, namun  subtansinya justru mematikan demokrasi itu sendiri.
Sistem Politik Kartel ini telah telah merambah sampai pada tingkat terendah dalam system Pemerintahan di Negara ini. Salah satu contoh dalam arena Pilkada. Proses pencalonan Kepala Daerah telah diwarnai Praktek persengkongkolan antar parpol dan kalangan pebisnis local. Para pengusaha saling pengertian agar dapat mengamankan bisnis lewat politik dengan menjadikan parpol “Sebagai Kendaraan” untuk maju dalam Pilkada. Sementara parpol memasang tarif yang tinggi sehingga hanya segelintir orang yang berduit dan pengertianlah yang bisa menumpang kendaraannya. Disinilah nilai dan kontribusi untuk demokrasi itu sangat minim, pragmatis, sehingga menciptakan suasana yang paradoks. Jangan kaget jika “Aktivis Radikal” mulai “melacurkan idealismenya” disini. Sebab Logika Politik Kartel telah merangkul semuanya dalam pengertian untuk saling berbagi dengan nilai tawar yang menggiurkan.

Batasan antara oposisi semakin tidak jelas. Pemerintah yang lahir cukup memelihara saling pengertian, untuk mematikan pluralitas pandangan politik dan aspirasi juga inspirasi yang di suarakan oleh rakyat. Mematikan sejumlah fungsi institusi demokratis secara tersamar dengan cara melestarikan fungsi simboliknya. Manuver politik selalu dibangun demi pencitraan diri partai ketika nilai jualnya mulai menurun, kemudian ramairamai bungkam setelah membentuk koalisi, koordinasi yang ujungujungnya barter kekuasaan dan mencari kambing hitam untuk “Pengalihan Opini Rakyat  tanpa menyentuh substansi persoalan.
Disini jelas terlihat posisi “ Anas” sebagai “Black Box” berikutnya yang telah di skenariokan. Pencitraan diri yang dimainkan oleh partai yang berkuasa untuk meningkatkan elektabilitasnya melawan partai yang lagi berusaha merebut posisi utama pada podium Pemilu berikutnya semakin seru dan berat sebelah sebab Lembaga atau Institusi bentukan penguasa (KPK, BPK, Satgas Anti Korupsi dan Lembaga atau Institusi Plat Merah) yang menjadi wasitnya. Otomatis dalam pertandingan ini selalu saja mendapat sambutan yang meriah dari berbagai media yang pro dan kontra untuk meramaikan perhelatan ini dengan berbagai iklan dan produknya. Belum lagi komentator dadakan, para ahli kepagian, dan aktivis radikal yang berusaha meraih simpati rakyat (baca penonton) dengan berbagai disiplin ilmunya yang membuat penonton (baca Rakyat) semakin beringas dan fanatik, sehingga tanpa sadar dan rela menitipkan aspirasi dan inspirasinya di saku safari mereka yang mengincar kursi empuk menujuh senayan dan cikeas.
Disini terlihat jelas Pemimpin Negara sampai pada Pemimpin Daerahnya, hanya cuma pion di papan catur kartel politik. Sebab tesis Richard S.Katz dan Peter Mair telah terbukti benar dalam konteks dan dinamika berdemokrasi di Negara ini. Mari kita merefleksi diri dengan tidak lagi memilih orang miskin nurani menjadi orang kaya baru di negara ini. Lebih baik kita bersahabat dengan alam sebab alam selalu penuh kearifan jika kita menjaganya dengan baik. Caranya kita memilih menjadi golongan putih.
titip salam perjuangan buat Anas “lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu”. Teruslah memberikan perlawanan demi kebenaran. Bukalah topeng Negeri ini meski itu ada pada dirimu. Niscaya semua kesalahanmu akan ditakar dengan adil. setidaknya ada titik terang dalam perjuanganmu. Rakyat ada di belakangmu jika itu kebenaran yang akan dirimu perjuangkan.