Senin, 31 Maret 2014

MERENUNGI DIRIMU



dalam hening imajinasi ini mengembara
menuangkannya dalam setiap rindu yang terekam
lalu rautmu ku gambar dalam sosok yang platonik

melupakanmu merupakan masa tersulit dalam hidupku
saat dimana hatiku dipaksa berdamai dengan sisa hangat pelukanmu
saat lembar pertama belajar ikhlas ditulis
bahwa Tuhan menjauhkanmu adalah recanaNya yang terindah
masa dimana aku harus memadamkan lilin dalam genggaman
sebagai penerang jiwaku yang dulu hanya satusatunya milikmu

sebab kita hanyalah sebuah tanda baca dalam kehidupan
ketika aku dan kau diam membaca perjalanan dalam hening
lalu hilang dalam kenangan
sekuat apapun kita membangun pasti suatu saat akan runtuh juga
sisanya adalah bagaimana kita tetap bertahan menjalani kehidupan ini


Kamis, 27 Maret 2014

POLITISI BUSUK





membaca riwayatmu. bagiku, kau hanya tanda baca
tanpa titik koma. seperti hujan janjimu yang selalu menuntut jawaban
tanpa keyakinan. hanya menyesatkan pikiran
layaknya angin yang bergerak menemui musimnya
selalu menuai badai. tanpa meyakini kejujuran yang sempurna
dari mereka yang ikhlas menitipkan amanah

idealismemu lemah seperti buku yang lapuk
dimakan waktu tanpa mengetahui riwayat ceritanya
judulnya hanya kenangan
saat menatap zaman yang mengerutkan kening
selalu berisi segala kemungkinan dan pilihan yang rumit.
tanpa jalan keluar. lalu kau memaksaku memilih
memilih yang buruk diantara yang terburuk

diakhir ceriteramu adalah harapan tentang mu
bukan tentangku. dalam menggenggam keyakinan hatiku
sebab kau tak layak bersemayam dalam hatiku
hanya membuat keruh.
dan aku tetap meminum asinnya peluhku sendiri

Rabu, 26 Maret 2014

KENANGAN DENGAN MU



kenangan datang seperti buku yang hendak dibaca
tentang rindu yang tibatiba kehilangan
kegelisahan yang mencari pertemuan dalam mimpi
selalu gamblang dalam nyata, tak perlu dibuktikan

di sini, dalam dada. ada nyeri yang terulang
aku melupa. bagaimana mencintaimu dengan sederhana
mungkin harus begini. dalam kesendirianku
agar kesunyian lebih mampu mengikat rindu juga bara di dadaku.
ini bukan tentang pertengkaran kita. bukan tentang siapa yang lebih besar cintanya
tapi tentang siapa yang bisa mempertahankan cintanya hingga akhir

rindu tak pernah menutup pintu
selalu saja pulang ke dada inangnya. seperti kenangan yang lekat
dalam hangat secangkir kopi yang pekat tanpa gula
sebab rindu kita demikian manis teraduk didalamnya
selalu ingin menikmatinya dalam kedamaian yang menagih
seperti ganggaman jemari sepasang kekasih


Selasa, 25 Maret 2014

DESAKU DI TEPI PANTAI




senja yang menagih. rindu yang tak pernah menutup pintu
selalu saja pulang ke dada inangnya yang dermaga.
kesepian yang memeluk getir. lekat, seperti kenangan
saat perahuperahu kecil membuang sauh
dikelilingi bukitbukit kering. biru laut. angin kering sabana

sudah berpuluh tahun tak mencium amis pasang laut
bisikan ombak diantara gemerisik pasir. yang tak pernah tua
begitu lampau dalam peta mata kenangan. tak pernah melupa
layaknya menonton sinetron yang penuh airmata
tanpa merdu okulele anakanak nelayan. saat sauh membuang letih
seperti musafir dalam setiap doanya. demikian rinduku pada dermagamu

senja dan keheningan. selalu diam belajar menunggu
layaknya angin yang bertiup. sulit terikat, namun selalu dibutuhkan
seperti malam yang memberikan dingin
agar aku selalu dapat memeluk rindu. melelapkan letih kekasihku

Selasa, 18 Maret 2014

KEPERGIAN MU






menyibak kabar. sontak denyut nadi terhenti. dingin
dada ini terasa nyeri. padahal derai tawamu
belum juga pupus dari gendang telingaku
sungging senyummu masih berembun meski mentari telah sepenggal
embun yang mengaliri poripori daun. membuatnya tetap hidup

begitu cepat cahaya menjemputmu.
padahal perkacapan kita tak pernah ending. selalu saja baru
menjadi saksi betapa kentalnya kita, dalam dialog
seperti kentalnya kopi yang kita sukai. tanpa gula
sebab disana terlalu banyak kenangan manis yang teraduk
keintiman yang mengakar ,dalam cinta yang platonik

selorohmu selalu unik namun enerjik
dalam kesederhanaan menghadapi kenyataan
memahami mu seperti santa yang membagikan kebahagiaan natal
pada anakanak gelandangan di kota.  yang lupa siapa ayah dan ibunya
bersahabat dengan mu layaknya dengan pengamen dan pemulung
selalu tunduk ketika di puji. selalu melapangkan dada
jika kritik menikam ulu hati. tanpa kemunafikan.

tahukah kamu. didadaku tertanam seulas senyummu
senyum purnama yang selalu terbit. tak perduli itu mendung
tahukah kamu. Tuhan tak sabar menunggumu
menunggumu duduk makan bersama dalam perjamuanNya yang kudus
maafkan aku yang munafik. hanya bisa melihat hitam warna hidupmu
tanpa merasakan putihnya hatimu