Jumat, 31 Januari 2014

SEPANJANG JALAN KENANGAN




soreang-kopo saat sore dalam perjalanan bersamamu senja itu

 31-01 s/d 01-02-2014

begitu putih, hatimu menuntun gerak langkahku
hingga hariharipun selalu jelma kubangan rindu
memintal gerai kasih. kelak kau titipkan di sepanjang jalan hidupku
bukan sekedar jadikan kenangan tapi penuntun hidup
yang lahir dari rahimmu yang bernas

senyum yang selalu terpancar
menjadi tempatku menyandarkan segalah letih
dimana aku selalu ingin pulang untuk menyelami laut kerinduan
yang selalu pasang dalam pelukmu, ku ingin larut lebih dalam
menyelami kedalaman cinta yang tak pernah surut dimatamu

ku ingin lesakan kesedihan dalam dadamu
hilangkan lelah dalam lusuh keluh
baluti luka hati dalam  dekapmu yang paling ibu
agar cintamu mengawalku menujuh matahari pagi
seperti layaknya senja ini dengan penuh gairah dan tawa

BERCINTA DENGANMU



kemesraan kita saatsaat bersama
memoar 31s/d01-02-2014

saat pagi tiba, aku terpaku oleh senyummu
senyum yang selalu membuat harihariku berkubang sepi
lalu kamu memelukku dengan pelukan paling ibu
yang begitu membuatku tentram dan tak ingin renggang
kita pun mulai bertukar tempat dengan rindu yang memburuh
saat lumatan bibir kita menyatukan rasa yang tak mampu ku terjamahkan

kitapun bercinta dalam gairah yang tak ingin terpisahkan
saat kau buka bajumu, dari balik belahan dadamu
dirimu tahu seberapa deras aliran darahku
yang singgah berteduh dalam alam fikirku yang ngeres
hingga kau bisa menghitung detak jantungku
yang menyambut gairahku dalam rintihmu

bercinta denganmu, membuatku bergairah
bukan karena isyarat cinta
yang kau petakan dalam tarian streaptesmu
atau gigitan manja pada bibir yang membuat napasku sesak
namun isengmu memainkan labirin sunyi
yang sembunyi dalam setiap areal sensitifku

membuatku makin cinta padamu
memburu setiap debaran yang pecah didadaku
dengan endus hidungmu yang mancung
selalu tahu bagaimana menarik dan mengulur
dalam setiap desah napasmu

aku bagaikan layangan yang putus talinya
dalam tualang anakanak di tanah lapang desa saat senja
lupa segalah malam yang telah menjerat kita dalam kepedihan
kita hanya punya sedikit waktu katamu, sadarkan aku
bahwa rindu ini perlu dimanifestasikan dalam keintiman yang rahimin
agar kelak kita tak pernah lagi mengerang dalam kesepian

Kamis, 30 Januari 2014

RINDUKU PADAMU



lamunan malamku di kamar 58 intan naga

rindu ini telah menjeratku hingga kehilangan logika
yang ada, aku hanya ingin dialog kita lebat dalam tawa
hingga malam menyeret kita dalam berjuta mimpi
tentang pagi yang dermaga, meski pagi inipun
mungkinkah sama, selalu sendiri ataukah kamu mewujudkannya
aku masih merasakannya seperti mimpi

hanya rindu yang subur tumbuh menyemak
tetap mengali ingatanku seterang senyumu yang akan menemuiku nanti
jejali ribuan lembar prasangka buruk, ah cinta ini harus ku jaga
agar kelak ada pertemuan yang memaksa kita menegoknya
sebagai nostalgia anak cucu, suatu saat dikala kita tua nanti

nostalgia dimana ruangruangnya penuh terisi
saatsaat hangat dalam pelukan lengan yang paling ibu
juga tersimpan getar yang menaruh kehidupan dalam jantungku
dimana debarannya tak mampu ku terjamahkan
dalam ribuan puisi cinta manapun

KERESAHAN KU DI TERMINAL LEUWI PANJANG



menunggu Taksi terakhir di leuwi panjang menujuh soreang

berbatangbatang rokok terbakar kegelisahan
membiarkan nikotin tulus merangsak paruparu
melompati kematian itu sendiri, seperti rindu yang kita lewati
menandai jalan pulang. selalu penuh candu
yang mematikan logika

tapi jujur aku begitu menyukainya
rindu adalah candu, dimana cinta dan luka menyatu
dalam berbagai wujudnya yang halusinogen