Senin, 30 Juni 2014

AKU INGIN PULANG



aku ingin pulang.
meski semuanya telah kau tutup
aku tetap melangkah dalam sesat belantara katakatamu
sampai ku temukan puisi terakhirmu
tentang aku, yang kau tulis penuh cinta

dimana setiap aksaranya begitu mempesona
hadirkan getar rasa menuntunku mencari arti kalimat
dalam setiap syair yang basuhi jiwa
dimana membacaku, kau membaca hidupmu

AKU INGIN MENYUSUPI MIMPIMU



aku akan tetap menyusup jauh kemimpimu
akan ku buat riak dalam hening tidurmu
hingga kamu membawahku ke nyatamu
dalam rindu yang sesaki dada

hingga kau tak bisa melupakanku
karena bayangku akan serupa kenangan
yang masuk ke anganmu serupa cinta
hingga kamu tak bisa membunuh kenangan itu
karena semuanya telah hidup dalam hidupmu

Sabtu, 28 Juni 2014

MENUNGGUMU



bukankah yang tak berarti. tak akan pernah langgeng
jadi aku hanya diam menunggu.
lalu waktu yang menghapus jejakmu
meski itu harus menyuburkan uban dikepala

sayang,… jarak ini adalah bukti
ikatan itu tak pernah sekuat yang kita kira
sungguh dengan mu
tak akan ada waktu yang ingin ku ulang
meskipun tak bisa ku buang semua kenangan



untukmu! jika tak ada maaf
bukan berarti aku membencimu
jika tak membencimu
bukan berarti ku ingin kau ada dalam kehidupanku lagi
membatulah seperti egomu

jika egomu sekeras batu
bukan berarti aku tak bisa melunturkan kerasmu
aku akan mencair dan terus mengalir
agar bisa memecahkan egomu
jika angkuhmu adalah emas
aku akan menjadi api yang meleburmu
menjadi kemurnian cinta yang memilihku

 

Rabu, 18 Juni 2014

KEPEDULIANMU HANYA RETORIKA



tuan dan nyonya pemilik negeri, aku mohon
jangan lagi selalu membuatku mengerang
menuliskan banyak puisi pengobat luka
tapi tak bisa membuatku berhenti menahan perihnya
sebab idealisme selalu bisa kau beli

dengan angkuh kamu mencengkramku
sambil berbisik lupakan perjuanganmu, akulah takdir
yang bisa menentukan nasibmu
karma bukan bagianku, akulah sang panguasa
berteduhlah bersama keyakinan ku
diam dan analisalah kekeliruanmu, lalu mengalah

kita samasama pengembara dalam dunia fana
bedanya dirimu selalu berselimut prinsip dan idealisme
sementara aku tak bisa hidup dalam dongengmu
tentang kejujuran dan kebenaran yang selalu menang
lihatlah para imam yang menggadaikan imannya padaku
selalu setia mendoakanku dengan zakat haramku
sementara kamu akrab dengan pena dan derit pintu tuamu
yang tak pernah terbuka melihat dunia yang telah berubah
lihatlah dirimu jubah iman telah dipakaikan padaku
apa kamu masih bertahan dengan idealismemu