Kamis, 31 Juli 2014

MENUNGGUMU




senja yang indah dalam kepulan nikotin
hangatkan beranda. tutupi gigil gerimis yang tersipu
laiknya candu, dimana luka dan cinta memuara

senja yang indah dalam secangkir kopi
temani larut anganku. saat rasa pahit mengendap
serupa cerminan hayat mengukir jejak pada hari
selalu menagih dalam ingin walau rasa manis menyelinap
tak mampu sembunyikan pekatnya musim di halaman

seperti harihari yang bersalin warna dalam musim
berteman bangku tua menatap wajah hari dalam segala rupa
hanya secangkir kopi karib menemani
hanyutkan kenangan yang memuara.

jika mazhab itu datang, dalam labirin sunyi
lihatlah rerupa kita hanya bayangan diatas air
selalu hanyutkan kenangan ke muara
tempat dimana cinta dan luka menyatu

KASIH



kasih,  kau serupa fajar
mengecup mesra kelopak mata, bangunkan mimpi
mengurai rindu dalam ciuman yang hangatkan jiwa
selalu riang jelma sepasang lengan menyusuri rindu
hingga lupa bahwa musim senantiasa bersalin warna

kasih, kau serupa gerak liar aktifitas
dalam riuh kota yang memberi warna pada sepi
dimana kenangan selalu mencuri tawa dari setiap orang
yang menyembunyikan duka
lalu membuahkan senyum dalam debar dada

IBU



ibu, jika jemari ini patah
hatiku terus tetap menulis tentang airmatamu
airmata yang selalu kau sembunyikan. dalam setiap senyum
saat hidup ini semakin pahit dan getir

ibu, jika bibir ini keluh
jiwaku tetap terus teriakkan doadoamu
doadoa yang tak sanggup ku tampung
saat kehidupan tak lagi memberi harapan
sebab penderitaan telah merebutnya dalam sujud lelah jiwa

ibu, ijinkan aku tenggelam dalam dadamu yang dermaga
agar dapat ku susun keriputmu
sebagai peta jalan pulang saat aku sesat
agar aku bisa mengajarkan pada anakanaku
tentang surga yang bersinar pada tapak kakimu

PERGILAH JIKA ITU MAUMU



pergilah,.. tak pernah ku cari
karena aku tahu pasti
kau tak akan pernah jauh sembunyi
karena kangenmu

tahukah kamu mengapa kau tak kucari
karena cintaku telah penuh mengikatmu

bicaralah…
meski bisa menghancurkan sebuah impian
aku akan biarkan umpatanmu terus mengalir
teriakkanlah pembelaanmu dengan ngotot
hingga uraturat lehermu nyaris putus
aku tak pernah gusar. jika memang dirimu di jalan yang benar

menguap sudah simpatiku.
mendengar ocehan tentang pembenaranmu
membencimupun percuma hanya malah kuatkan rasa iba
baiknya aku diam. agar diamku yang menyadarkanmu

teruslah menggonggong sesuka hatimu
meracaulah sepuasmu. aku tak akan pernah perduli
karena apapun itu aku akan tetap berlalu
mengejar asa milikku. tak akan ku biarkan terhenti

silahkan mengoceh tentang kepalsuanku
bila perlu amputasi kebenaranku
hingga maknanya menjadi hitam dan terbalik
sungguh mati aku tak perduli. jika fitnah tetaplah fitnah
sebab kebenaran akan tetap membuka tabirnya

HIDUPLAH DALAM HIDUPKU



mencintaimu bukanlah sebuah kebodohan
meski nyataku selalu memvonisku. bahwa cinta itu buta
menjaga rindu ini bukanlah kesalahan
karena bagiku tulus tak akan pernah mati
bagaimanapun mencintaimu adalah anugerah
meski luka selalu kau sisahkan di akhirnya

hiduplah dalam hidupku
meski menjadi benalu sekalipun
dekaplah sariku dalam rakusmu yang sempurna
tak perduli bumi dan langit menentang
karena aku tahu siapapun akan iri

bukankah dalam hidup ini
harus kita ciptakan bahagia
apa salahnya aku berkorban demi bahagiamu