otak ku buntu
nalar ku mendadak terlunta
setelah klimaks kesalahan tanpa sesal mu
menghajarku pada sebuah pilihan
malam ini
kucoba merentang pilihan
melupakan kenangan yang terajut
kau terisak
sempat ku lihat bening air mata mu
ku temukan bayang wajah ku
dalam rindu yang berserak
tak sempat ku pungut
serpihannya masih tersimpan dalam sesal yang terkapar
hati ini menjadi nelangsa
haruskah ku tanggalkan kebencian
yang terlanjur terbentengi
hanya karena isak mu terburai
setelah penghianatan yang terjadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar