pagi yang indah dalam secangkir kopi
wajah tirusmu yang sumringah
jauhkan gelisah dari ruang bathinku
saat kental pekat kopi yang kau
suguhkan
dengan potongan singkong rebus pada
saat kantong lagi tiris
di sela tawamu yang menembus gerimis
kehidupan
“pa jangan resah dengan para pecundang
politik
yang menjual harga dirinya atas nama
jelata
tapi resahlah jika harga diri kita melorot pada titik nadir”
tapi resahlah jika harga diri kita melorot pada titik nadir”
kelakar renyahmu semaikan imajiku
jelang siang ini
lelehkan helaihelai makna
melupa mata air kearifan dan hakikat rasa
ku sadar kini kita hanya bagian dari
tanah gersang
yang menjadi lahan empuk kaum
politisi