senja
yang sederhana, menelan getir azab
lalu
ku gigit manisnya dalam kepulan puntung terakhir
jarak
yang jauh adalah waktu yang memenjarakan
rasa
yang terindah dalam memeram rindu
kadang
kita memang harus berpisah
demi
menakar seberapa dalamnya perasaan
waktu
tak pernah tepat menetapkanmu sebagai takdir
meski
cintamu koma sekian lama tanpa debaran jantung
jujur,
aku seperti bulan diatas kuburan, manatapmu jauh
menembus
angan mengharapkanmu bahagia
aku
tak pernah berhenti mananam mimpi
laiknya
petani yang setia pada ladangnya meski tandus
jarak.
adalah waktu yang paling rindu
dimana
aku menitipkan namamu dalam doa
agar
amnesia tak pernah mencuri mu dari debar dadaku
seperti siang ini
dalam bara mentari yang membakar ubunubun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar