Minggu, 26 Juni 2011

KEJEMUAN HIDUP


penat masih mengemas indahnya mimpi
saat embun lelah mengetuk pintu
usai dikutuk mentari karena memalsukan hari
saat kerinduan kehilangan gapai
airmata tak berlubuk meski menganak sungai
saat kerut di kening adalah padang tandus tanpa semai
goyah berpijak saat asa tak terraih
karena engkau sejatinya bunga surgawi
yang selalu terjaga aroma kejelitaan
yang terwarisi saat dongeng penghantar tidur
usai silamnya sejarah
pertiwi yang rentah pengasuh bumi

CINTA SEMU


kalau cinta adalah buih anggur dalam cawan
maka retas rindu selalu tersekat dalam degub dada
yang selalu dahaga dalam bayangbayang keluh
berlaksa kali kita mencoba akrab
usai berbagi mimpi dalam wadah harapan
saat hati endapkan pertemuan
ketika tersungkur gauli bayang
yang membagi sisa risau dalam bulir kerinduan
menembus waktu tanpa arah dan asa yang menyilang luka

ANGIN SABANA


tarian ilalang mengelus dubur serangga
yang mengagahi bukit kembar disilamnya petang
tawarkan rindu juga harum kembang liar
terbawah angin senja yang lelah
setelah buyutnya kemarin memaksa rumah
dan segala yang dilaluinya tunduk tercabik sisahkan luka
ada guratan luka di kening  yang terpeta dalam tayangan tabung kaca
dimana bencana demi bencana bukan lagi kepedihan
tapi sebuah hiburan dikala senggangnya waktu
dalam membagi rehat
pernahkah kita merenung sejenak akan suar alam? 

KEMERDEKAAN HIDUP


aku tak pernah tertarik  
tentang debat sebuah kemerdekaan hidup
sebab peluh dan airmata darah
mengucur itu lebih menyentuhku
saat aku jumawa dengan kemewahanku
saat penyakit mudah puasi diri menjeratku
bagai merak berjalan anggun

aku lupa lagi belajarlah dari penderitaan sesama
yang adalah reinkarnasi tentang kemewahan yang rendah hati
sebab kadang kitab kehidupan yang kau baca
membuatmu merasa paling hidup
sehingga membuatmu saling menghakimi

Sabtu, 18 Juni 2011

PEREMPUAN PEMBERANI




anakku hari ini kami melepasmu pergi
meski sedikit bekal yang kamu bawah
jujur tak bisa lagi kami menanaknya
lebih banyak untuk bekalmu saat ini
sebab huma tak lagi panen akibat kemarau hidup
telah meranggaskan keperkasaan ayah
sisahkan uban dan renta di kening pagi saat usia mulai silam
ibumu juga tak bisa lagi memerah susu
sebab dadanya terlalu kering oleh derita
yang memeta pada keriputnya

hari ini kami melepasmu buah hatiku
pada gerbang kehidupan pilihanmu sendiri
tempat engkau memetik bintang
sebab kamu bukan lagi bocah
penikmat dongeng saat tidur dalam buaian doa
sebelum memahat manisnya asamu
saat bocah ketika kamu melukis impianmu

anakku,.. maafkanlah kami
jika bekalmu tak memadai saat tinggalkan huma
engkau harus mencarinya sendiri
sebab ayah bundamu bermandi keluh
demi sebuah pertarungan dalam doa juga harap

saat ini jika pergimu masih menemukan alpa
jangan pernah ulangi dalam perjalananmu
walau kebenaran dimata orang lain adalah keyakinan
belum tentu lahirkan mutiara
sebab kamu akan membelah tiram
diasinnya laut kehidupanmu
janganlah terpesona dengan warna pelangi
sebab badai akan memudarkannya
jika kegamangan memapahmu
jangan terlena dengan mayanya
sejatinya pemegang kunci kehidupan kadang mengujimu
agar hikmatnya dapat tertanam dalam hatimu