Usai sudah menguras air mata menjeram,
mengelupasi duka yang melumut
di lekuk wajah tirusmu, rasa ini telah
terbayar lunas walau perih …. triste addio
Pesan subuh mulai menyusupi rahang,
Gigilkan kebimbangan.
Embun tak jua terjaga
dalam ruang rasa pada ranting cemara.
desaunya miris
mengetarkan jiwa serigala penyendiri,
ketika purnama telah tua.
Haruskah kelam hening menjadi bahasa tubuh
yang bergerilya dalam setiap harapan,
untuk sebuah kepingan hati yang terlanjur terang.
teruslah meretas mimpimu aku tak sanggup lagi berjaga …
Kita tahu apa yang hilang .,.
juga yang hadir.
tapi kita tak pernah tahu,
kekalnya kehadiran itu dan sakitnya kehilangan.
tapi kita harus tahu.
bila kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
berarti kita siap untuk kehilangan.
karena hidup adalah untuk kehilangan.
bukan untuk keabadian.....
kau pergi saat belum reda
riangnya hati,
tersisa pahatan jejak
di sisi rentang waktu ...
menantikan senjaku berakhir redup.
Aku bersandar di sisi hati.
Menatapi keruh langit
yang meludahiku dengan rintiknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar