namamu bocah gembala
bertopi caping lontar bersepatu tau beis
melepuh mengayuh jejak hidup di jalanan sabana yang panas
di bawah terik kemarau
tak pernah lagi membawahmu ke padang gembalaan
dimana lenguhan kerbau pada mataair yang bening
sebab bumi mu telah kering
hanya angan yang merdeka
pada tanah yang tak pernah merdeka
meski sumringah senyummu serumpun tulus di dada
rekah sepanjang pematang sawah tempat tumbuh kembang ilalang
sebab kembang perdu tak lagi membelukar dalam doa yang mengakar
serupa doa sunyi dari rahim gagak yang licik
jadikanmu dewasa dalam nasib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar