kemarin kita memulai sebuah percakapan
dari sebuah rasa yang hanya menawarkan sekumpulan kelam
harus ku akui makna tak sepaham selalu kita bangun
meresapkan asinnya kenangan lalu
yang diamdiam telah membunuh kemesraan kita
di mana kita selalu saling mencurigai
telah membakar peta perjalanan kita
hingga ribuan kecemasan tak pernah terjawab
bagaimana harus melewati sebuah jalan
menujuh muara yang sama yang bernama bahagia
hari ini saat senja memasuki pelukan malam
kita bercakap tentang pagi dengan menanak mimpi
pada sepasang tungku tempat jari jemari kita tertaut
pada pendiangan yang sama
di mana kita selalu menghangatkan harihari indah
saat hasrat dan takdir menumpahkan wangi aromanya
lalu kita sepakat bertukar hasrat hati
dengan suatu keyakinan
bisa saling menyempurnakan dalam amin
agar cinta ini tetap terjaga
haruskah ku mencintaimu
dengan mengikuti arus yang kau buat
dimana muara tempat semuanya berlabuh
adalah aturanmu yang tak terbantahkan
sebab akan menuai pisah sebagai sangsinya
apa yang selalu terpikirkan dibalik benakmu?
setumpuk dendamkah?
ingatan kembali gegas bertandang selepas kau pergi
kenangan masih menyisakan luka pada bekas jejak
dimana debar masih memeluk rindu dengan setia
mengalirkan asinnya kesepian yang aku aminkan
jika hatiku adalah sebuah peta
maka disanalah jejakmu ku letakkan
agar aku tak akan pernah sesat melangkah ke lain hati
dimana kita melumat asinnya rindu dengan nikmat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar