kantung mendung pecah. hujan pun
turun
basahi bingkai jendela. lalu buram
pandanganku terantuk kebekuan. ada
rindu
lewat kaca jendela
yang berembun. ku gariskan satu nama
itu namamu dalam arsiran
rindu
ingatanku tentangmu
menggenangi beranda
dalam gerimis senja
lewati kampung sawah
lingkar lenganku
erat dipinggangmu. lalu kita tertawa
menertawai tarian
gerimis yang terberai angin
ngatanku masih
hangat tentangmu
ketika rinai
gerimis menyembunyikan tangismu. saat pamit
menempuh lepuh
jalan secepat kilat mengendarai angin
membiarkan nanar
tatapku dalam buram airmata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar