setelah pergimu aku menyesalinya
mengapa ku tak ingin menemanimu
memandang mentari yang mengatupkan kelopak jingganya
kini tak ada lagi petuahmu yang aku sebut kolot
tak ada rangkaian lokomotif perintahmu
yang aku sebut nyanyian kampungan
sudah bisukah
mengapa ku tak ingin menemanimu
memandang mentari yang mengatupkan kelopak jingganya
kini tak ada lagi petuahmu yang aku sebut kolot
tak ada rangkaian lokomotif perintahmu
yang aku sebut nyanyian kampungan
sudah bisukah
saat uban menggiringmu menapaki senja usia
tanpa keluh dalam peluhmu
dzikir menjadi nyanyian bibirmu
tak lekang waktu pujianmu pada sang khalik
retinamu dalam rabun
masih saja tajam menukik pada ayatayat Suci
ahh,.. aku iri melihatmu banyak menanak bekal
dalam sisa perjalanan mu
setelah pergimu baru aku tahu makna
semuanya
kini aku harus meneruskan warisan
itu pada anakanaku
warisan yang dulu aku sebut kolot dan kampungan
warisan yang dulu aku sebut kolot dan kampungan
bunda,................
Tuhan begitu mencintaimu
sehingga dia memanggilmu agar aku
bisa dewasa
dewasa dalam mendidik anakanakku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar