malam ini, pias wajah bulan
diselubungi pekat tebal awan
penghantar bandang
guratan_guratan duka itu terbias
pekat
mengaliri lekuk liku sungai bathin
menghanyutkan rasa yang menghempas
dada
ingin ku rebah sejenak
rasakan hening dengan hikmat,
teduhkan amarah
jiwa ini telah bergerak melebihi
getaran nafas
ketika hidup ini tak sepenuhnya harus
jujur
dalam mengisahkan setiap nadi
jejaknya
disepanjang lintasan sang takdir
kejujuran yang lama bertahta
mulai rapuh dan membusuk
dihalau kecerdikan yang mempesona
ingin ku kabarkan kepada dunia yang
tamak
aku akan berjalan dalam bayang yang
diam
hanya karena lelah dan terasing
dalam kesendirian
jujur bayangan yang diam
lebih bisa mengerti bagaimana harus
rehat dan raib
menuruti cahaya yang menyinari
tuannya
bahkan dalam kesuraman hidup
sekalipun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar