kita memang tak pernah saling menuturkan
namun bahasa tubuh kita telah bicara
tentang rasa yang kian intim di fikir kita
“kita saling mencintai” tapi tak punya keberanian
diam bagi orang lain adalah emas tapi tidak bagi kita
diam adalah vonis mati buat perasaan ini
beribu musim kita habiskan dengan tekateki hati
tak punya keberanian mengutarakan sebuah ikrar
ikrar yang membuat denyut nadi kita terbaca
dalam catatan hati yang merindu
namun terlipat rapi dalam mesium hati
sampai suatu saat aku mencuri catatan hatimu
ku temukan beribu pesan rindu padaku
pesan yang tertulis dalam lembarab purba yang telah mati
pesan yang tak tersampaikan
tapi kamu selalu menitipkan nafas pada setiap katanya
hingga denyut nadinya terbaca dengan jelas
agar aku bisa mengeja hatimu