luluh tertimbun isakmu
yang menegur egoku dengan ponggahnya
bukan karena cinta yang telah tumbuh
bukan hanya hatiku yang telah terpaut
haruskah terus kita menganyam kegalauan demi kegalauan
pada ceceran masalalu yang selalu menjerat
usai menatap kemesraan kita pada silamnya waktu
kemudian menumpahkan birahi pada rahim aksara
hingga terlahir anakanak puisi pengobat luka
yang nyaris goyah usai datang rindu menyergap
haruskah terus ku tuliskan puisipuisi cinta
usai menangkap bayangbayang kerinduan
dibalik memoar kita saat kelam datang memeluk
agar cinta ini tetap terjaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar