kegelisahan
hidup selalu mengalir
mengikuti
peradaban, menyeretmu pada ringkas takdir
yang menenggelamkan doa ibumu
pada sebuah jalan gelap yang kau pilih
aku mengerti, mengapa kau mengejar
temaram
setelah kau cacimaki penderitaan hidup
hingga malampun terang terlihat dari
belahan dadamu
mengaminkan kebebasan warna lipstikmu
yang selalu sensual dalam tiap desah
kelembutan yang dulu karib mulai mengasingkan
diri
bertukar tempat dengan kegairahan yang
kian liar
aku memahami, kekeliruanmu memoles dunia
dengan sintal tubuhmu
karena penderitaan jadikan nabi yang
paling kau takuti
membuatmu mengikuti langkah halus kakimu
menujuh ranjang
membungkus erangan sebagai pemandu dalam
lembaran rupiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar