siang yang terik, membakar jantung perempuan
pejalan kaki
ada cemas yang tersisa, dari raut wajahnya
yang gelisah
kemana segala musim mangaburkan asa
merubah kantorkantor menjadi kotak
undian
saat nasibnya meringkuk diantara
kertaskertas lamaran
sementara waktu terus merangsak maju
mengantar pemakaman mimpi yang terbentur
kerasnya hidup
langkah waktu makin cepat di jalan tol
tak ada celah untuk menunda lajunya
musim
terlalu banyak halte yang menawarkan
kegelisahan
namun semuanya bertuliskan
“disini telah terkubur sebuah asa” namun
ia tak berputus asa
cinta selalu menggerakan hatinya
untuk bangun menghambat laju waktu yang
berjalan
demi anaknya yang masih bercanda dengan
mimpi
ia tak ingin membangunkan matahari dalam
buaianya
hanya untuk melihatnya menghangatkan air
kehidupan
selebihnya ia menuangkan panas jiwanya
dalam kendi
disana selalu tersimpan kehangatan
saat anaknya membuang dahaga setelah
lelah mengejar mimpi
tak lupa ia titipkan beberapa lembar
uang seribuan
yang selalu dimeteraikan dengan doa
paling putih
untuk membeli harapan dan bekal di
bangku sekolah
agar kelak bisa membuat senyum anaknya
merekah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar