Selasa, 13 Mei 2014

PILIHAN HIDUP




saat pilihan itu datang.
kita butuh berdialog dengan hati dalam doa.
sebagai cermin juga pelita dalam melangkah
karena hidup ini seperti sandiwara. kita hanya pelakunya
saat dipaksa memilih. kadang kita kalkulasi hidup dengan judi
menyandarkan pilihan pada dadu
meletakkan keajaiban pada setiap angkanya. dengan sebuah keyakinan
sebab apapun itu.  setiap pilihan, selalu ada konsekuensinya
apapun itu. yang kita bangun. pasti akan runtuh pada saatnya
yang tertinggal. bagaimana kita tetap berjuang.
berjuang untuk tetap bertahan hidup
meski kita tetap juga sadar bahwa hidup ini juga titipan Ilahi
kita hanya menjalaninya.
menjalani dalam ketidaksempurnaan
sebab sempurna bukan milik kita.
tapi DIA yang menciptakan kehidupan

Senin, 12 Mei 2014

MENGINGAT KENANGAN KITA





mengingatmu, tersenyum sepanjang jalan
tertatih langkahku menggugat kenangan yang tak pernah ku nihilkan
melihat pendar matamu, yang selalu bercahaya menyergap sepi
telah menggilas harapan yang tak boleh ku lenyapkan
mengenangmu, dalam riak kerinduan
menjadikanku pemilik hati yang selalu berkubang kenangan

bagaimana aku bisa menghapus rasa kehilangan yang begitu lekat
padahal sudah lelah ingatanku terhempas waktu yang menjadi penuntun
kepergianmu adalah kealpaanku membaca lukamu

menunggumu, adalah gemuruh yang mengalahkan sepiku
layaknya peluit kereta yang terredam debar dadaku sendiri
menanyakanmu adalah cara mengusir penatku yang rimbun tumbuh
betapa lama kulupakan waktu yang melahirkan banyak katakata
dalam dadaku yang menyimpan banyak kerinduan

masih sendiri, belajar menggugurkan pengap kesepian
belajar menghapus resah yang sibuk diamdiam memikirkanmu
hingga rindu ini menjejali logika dengan bayangmu yang selalu hadir
hingga aku begitu mengenali rasa sakit yang kian akrab bertandang

kerinduankerinduan yang selalu bermuara di ingatanku 
harus ada kerelaan dan kematangan untuk memahami
sebab cinta bukan saja sekedar ada secara fisik tapi juga tiada
mengalir dalam setiap pertemuan, juga kepulangan
diwajahmu yang sunyi, sepiku berguguran jatuh

KENANGAN TERINDAH




untukmu yang tak pernah tidur dalam jiwaku
dengan rindu yang paling pasang dalam hidupku
kuharap kehangatan selalu menyelimuti mu
kehangatan yang terbangun dari rasa rinduku
kehangatan yang kian kental dan matang

ketika rinduku kian pasang. ku setting repeat dengan bahagia
aku begitu menyukai “wali band” dengan baikbaik sayangnya
tidak ingin ku pahami maknanya.
aku hanya merasa kau begitu dekat, ketika aku menikmatinya
begitu sederhana. menitip jejak tuntaskan rindu

betapa berwarnanya soreang bandung saat sore
memelukmu menyusuri jalanan di bawah rinai gerimis
lapak kaki lima, deru metromini yang sibuk
pengelana yang rindu rumah. dengan harapharap cemas
dengan debar dada yang menghitung kebahagiaan di dadaku

kebahagiaan larut di intan naga. menjejaki rindu
mengulangi kehangatan jemarimu di sela jemariku
betapa debar ini seperti keliaran napas sepanjang pendakian
lalu aku kuyup di dadamu. ingin selalu menanam diri disana
hingga aku melupa jalan pulang. membungkam ingatanku
saat getir bibirmu melumuri bibirku dengan lumatan
lidahku mengerang liar dalam getar lidahmu. erat memilin

MENUNGGUMU




menunggumu. diruang tunggu
gelisah, seperti waktu yang tergesa pergi dan datang
menumpuk mengirim sepi, terasing tanpa senyum
ketika semua harus dibawah pulang
ke dalam kepulangan yang wangi

dimana kursikursi ikhlas membuka harapan
untuk kusandarkan segalanya
segala yang ditinggalkan untuk kembali
membuangku ke dalam lubang tanpa tepi
seperti jarak yang selalu setia menyimpan rahasia

asinnya jarak adalah hausnya rindu. tak mampu ku redam
selalu ku reguk tak pernah lepas mengikat
namun jarak selalu mengikat
dalam matrimonial yang menyesakkan dada
kekosongan selalu menyergap bagaikan badai
mengilas asa yang tak ingin ku lenyapkan
sebab ingatan tentangmu mengepungku begitu pekat

Jumat, 02 Mei 2014

UNTUK MU PENGUASA NEGERI



untukmu tuan dan nyonya penyelenggara negara
yang selalu rimbun dengan katakata yang menyejukan hati
cobalah lihat, tempat kakimu berpijak
adalah tanah yang basah oleh air mata dan darah kami

jangan sengaja buta dan rabun dalam instrumen aturanmu
sebab kenyataannya dokrinmu kian menyakiti negeri
bisamu bicara tentang pembenaran bukan kebenaran
ketika negeri ini tidak berkonstitusi diatas nurani
masihkah ada secercah harapan, mencerdaskan anak bangsa

saat ini uanglah yang telah mengalir dalam nadi
menggerakan aktifitas yang berlabel kepentingan orang banyak
namun tak pernah ada untuk mereka yang jelata
kebodohan dan kemiskinan adalah komoditi orangorang berdasi