mengingatmu, tersenyum sepanjang
jalan
tertatih langkahku menggugat
kenangan yang tak pernah ku nihilkan
melihat pendar matamu, yang selalu
bercahaya menyergap sepi
telah menggilas harapan yang tak
boleh ku lenyapkan
mengenangmu, dalam riak kerinduan
menjadikanku pemilik hati yang
selalu berkubang kenangan
bagaimana aku bisa menghapus rasa
kehilangan yang begitu lekat
padahal sudah lelah ingatanku
terhempas waktu yang menjadi penuntun
kepergianmu adalah kealpaanku
membaca lukamu
menunggumu, adalah gemuruh yang mengalahkan
sepiku
layaknya peluit kereta yang terredam
debar dadaku sendiri
menanyakanmu adalah cara mengusir
penatku yang rimbun tumbuh
betapa lama kulupakan waktu yang
melahirkan banyak katakata
dalam dadaku yang menyimpan banyak
kerinduan
masih sendiri, belajar menggugurkan pengap kesepian
belajar menghapus resah yang sibuk
diamdiam memikirkanmu
hingga rindu ini menjejali logika
dengan bayangmu yang selalu hadir
hingga aku begitu mengenali rasa
sakit yang kian akrab bertandang
kerinduankerinduan yang selalu
bermuara di ingatanku
harus ada kerelaan dan kematangan untuk
memahami
sebab cinta bukan saja sekedar ada
secara fisik tapi juga tiada
mengalir dalam setiap pertemuan,
juga kepulangan
diwajahmu yang sunyi, sepiku
berguguran jatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar