Minggu, 20 Februari 2011

LELAKI TUA BANTARAN REL

perlahan lelaki tua bantaran rel kereta api
berteduh disisi kelam malam
menahan perih luka tanpa jedah
setelah lelah mengais sampah menyapa debu
menunggui mimpi yang tersenyum pekat di bibir duka
aiihhh,, adakah waktu yang berpihak padanya....
aku tak tahu, tapi yang pasti
hidup ini sulit merangkak naik
bagi seorang gembel,.....

PERJALANAN TERAKHIR MENUJU TAKDIR

karena indahnya kemewahan dunia,
kita kalkulasi ajal dengan berjudi
kita alpa merayu doa, menukari hidup
degan menanak bekal menujuh akhirat.
ketika usia semakin menujuh tepi waktu

dalam perjalanan menujuh stasiun
cemas terus mengalir,hanyutkan musim yg terpasung.
jalan ini semakin lenggang menuju kefanaan.

layaknya gugur daun, gantikan musim
awalnya hidup,kemudian cinta dan akhirnya ajal
namun apakah yg dapat kita tangkap
dari pesan daun bersalin warna?
tinggallah jejak sua dan pisah dalam kenangan


setelah tiba di terminal takdir
aku berada di ruang tunggu,
menunggu mu datang dengan takdir
entah aku ataukah kamu yang duluan pergi
karena kita hanya penyaksi hidup
dari sejarah yang berdebu,
dimana tiap lembarnya adalah doa,asa airmata dan darah
yang selalu bertarung dengan hidup

LIBIDO

di sudut kota tua,
di sebuah club malam
ku kebut resah pada dada, selepas setengah malam
sekedar lepaskan penatnya hati dari sepuhan rutinitas
arus terus menyeret dalam gelas alcohol
menggiring raga
melecut akal dalam denyut yang menawari gairah
jari_jari musim yang jahil mencolek paha bargirls
detak jantungku menahan kesyuur
dibalik punggung jeans belel
selangkang yang marah disatroni gairah
mengeras jadi sebengis kapak
mengayun nalar dan naluri untuk membunuh,

Sabtu, 19 Februari 2011

SURABAYA, AKU DAN PELACUR DALAM KENANGAN


kota yang eksotik,
berani membuka diri,
dijantungnya sebuah kehidupan beku,
tatapannya bagai sangkur mengintai dalam riuh
kemudian mengendap menikam, dengan tikaman lapar
seperti predator, merengut mangsa dalam kabut
ketika kesepian yang akut melanda hati,

pelacur yang cantik
selalu menutup hati dan cinta
dijantungnya sebuah kehidupan melebur
tatapanyan liar mencuri riak bayang gelap hati
kemudian mengendap tunaikan janji kencan yang tak biru
kencan yang tak leluasa laksanakan perannya sebagai kekasih

saat perpisahan itu tersaji
aku telah mencuri kenangan tentangmu
kenangan yang bisa menjadi Tuhan atas  diriku
kenangan ketika kuminum anggur dari bibirmu
anggur yang mengallir deras dalam nadi
disudut kamar kesepian melapuk, dan aku hangus terbakar

masihkah kota dan pelacurnya menawarkan malam eksotiknya
saat semua orang menudingmu bakteri yang perlu dibasmi
tapi mungkin satu hal yang terlupakan
kamulah saksi fajar renaissans
ketika modernisasi mengangkangi tradisi
harga dari sebuah perubahan jaman

Selasa, 15 Februari 2011

AMBIGU



tak ada syair indah dihari kasih sayang ini
sebab kesendirianku membangunkanku dari tumpukan mimpi
imaji ku menari bersama liukan pennaku
mengelilingi unggun bara cinta
menyusun serpihan aksara dalam gigil kerinduan
menggoreskan kegelisahan hati
dalam genangan kenangan yang melayari kata

aku cinta kamu
cintaku melampaui hening dan bening
mengalir deras dihati, mengisi nadi dengan denyut jantung
sisahkan detak rindu, deras mengisi celah hati
anggun melewati rimba waktu
melebihi kepak mentari ketika menjelajahi bumi
mengisi derap gairah hidup

aku selalu berdialog dengan hati
entah kepada siapa cintaku ini
Tuhankah?, .. kekasih, ataukah diriku sendiri
aku ambigu

Sabtu, 05 Februari 2011

KELUH ANAK ANAK NEGERI



anak negeri tak lagi kuat
karena lahir dari rahim jalanan
menyusui dari dada busung lapar
sebab ayahnya tak berpangkat
makanannya hanya kerak aking dan sayur basi
yang telah berkali_kali dihangatkan
menjadikan otaknya jadi bebal

habis tandas tak bersisah mengunyah luka
sisahkan hidangan diri
itu pun dijilati dengan kecewa
hingga ludes tak berperih
agar kekenyangan tak membuat kita rabun
melihat kesewenang_wenangan yang terhidang

ketika rintih keluh menggugat
berbondong tuan menghampiri
dengan payung hitam dan kacamata gelap
tersenyum sinis dan bersalaman pada kemiskinan
kemudian menebar janji, menabur mimpi
yang sedari awal menuai derita
melawan takdir tanpa jeda

kita tak lagi mampu menakar nurani
sebab iba telah terbakar nafsu menguasai
hanya sisahkan isak rahim pertiwi
hingga ajal terakhir menjemput
tuan pun masih saja tetap beku dalam jijik
untuk menopang kami dengan tongkat kekuasaan mu