jika kerlip malam mulai jumawa
menyapa debu juga asap kendaraan
berbagi timbal
dimana bulan dan bintang tak lagi
terlihat
dalam lengkung malam
sebab asap pabrik memenjarakannya
dengan paksa
terbayang rotasi waktu juga
aktifitas yang melahap raga
tak perduli kasta pun pranata tanpa
jeda
tak adalagi siulan bocah pengembala
juga tawa riang gadis pemetik padi
yang ada hanya tawa taruna temani
tante tajir
juga jerit genit dara saat digoda
rupiah pada ranjang hotel
yang lebih menjanjikan deretan
mimpi ketika belia dulu
saat tak ada lagi waktu menoleh
kabut saat pagi
dari balik huma ketika hamparan
halimun
menyelimuti gunung dengan genit
sebab kemarau hidup merubahnya
menjadi garang
tak perduli suatu saat semburkan
magma badai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar