dahulu dada ini menjadi tumpahan
sesal
saat badai perasaan menghempasmu
laiknya bocah, damai dalam dekapan
cinta
kau pun muntahkan sesal, sisahkan
lega
bersama waktu yang merambat pergi
kau pun mainkan jeritan rindu yang
terus tertebar
di ladang hatiku yang gersang
hingga benih itu pun semi
lantas waktu membawa cintamu pergi
meninggalkan kemenanganmu yang
menjeratku
hari ini kau datang lagi
dengan sembilu yang terhunus
bersama keinginanmu memenggal
cintaku
tidakkah kamu tahu
bahwa kamu tak pernah bisa membunuh
cintaku
sebab dia telah mati
menyusuri keseimbangan laju waktu
yang dulu pernah kau telanjangi di
jalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar