begitu banyak yang tercecer dalam perjalanan
menujuh masa remaja di sabana ini
engkau menertawakan mata dusunku
yang selalu ku dekap kemana pergi
dimana lenguh kerbau dan ringkik kuda
tak pernah ragu menapak pada gersangnya padang
barisan kesedihan seperti nyanyian gembala
menyanyikan kenangan abadi di atas musim yang berlari
seperti anak gembala meniup seruling di padang sabana
revolusi keserakahan begitu cepat merubah mendung menjadi badai
ku hanya bisa mengolah asinnya airmata kemarau
yang kian alot dan mengental di ladang waktu
dimana benih harap tak mampu bertunas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar