embun masih mengunci lelap kantuk
namun waktu telah mengetuk pintu
padahal penatku belum lunas
mengemas wajah rindu di mimpiku
ku buka tirai jendela, laju
kenangan terus berlari menyapa
sementara malam masih mengantung di
kedua matamu
asbak penuh puntung, pun gelas
penuh jelaga kopi
berebut menjadi polusi dalam
kamarku
kedip monitor masih menyisahkan
screensever yang mulai tidur
selalu saja begini pada muara yang
sama
setelah lelah kita berbagi mimpi
semalam lewat kedip monitor
kearah mana aku harus menemukan
pagi yang dermaga
sedang asinnya pertemuan dan gigil
pelukan
selalu saja merampasmu dari ku atas
nama jarak
mungkin kamu begitu beku
manafsirkan rindu
tak ubahnya detak detik waktu yang
membunuh musim
menjadi hitungan helai kalender
yang selalu gugur
selalu berulang pada angkaangka
yang ituitu juga
tetapi kita tetap sama, selalu
melontar rindu lewat maya
kadang kita mengutuk kesalahan
kecil
menjadi sarapan yang matang sebelum
pagi
sebab curiga dan cemburu selalu
rapi tersimpan dalam dada
di dalamnya kita melahap dengan
rakus demi ego yang kian kuat
hanya demi mencari mentari pagi
yang masih misteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar