ku ingin mencari luap kegembiraan hujan
pada matamu yang kemarau namun tak ku temukan
karena kepedihan adalah lembaran resah
yang selalu kau lipat rapi dalam almari waktu
tak pernah ku temukan. karena dirimu telah menukarnya
dengan ketegaran senyummu yang bernas
aku selalu rebah pada beribu resah tanya
yang membuatku tak bisa memincingkan mata
hanya engkau yang tahu peluhku beraroma lumpur
karena ruang hatimu terlampau sibuk membalut luka
luka yang seharusnya kita tanak sebagai bekal
hingga bertahun kita tak lagi mendiami ketidakpastian
namun nyatanya kau simpan sebagai ranjau
untuk meledakkan keangkuhan waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar