jemariku riang melompati tutstuts keyboard
masih
menari dalam debar
dengan
aroma rindu yang sama
meski
suhu ruang dengan aroma kelelahan,
asinnya
kental terasa ketika musim meragu
manahan
gigil jarak yang membentengi
tetap
yakinku dalam rasa yang indah
layaknya
tapak saling melengkapi waktu dengan jejaknya
seringkali
lewat seluler,
kita
banjiri percakapan di ujung rindu dengan manis
sementara
rindu ini selalu berdebat dengan mimpi buruk
tentang
jauhnya jarak dan galaunya hati
mungkin
saatnya aku harus mengunyah sabar
lalu
menelannya menjadi menu setiap hari,
meski pahit dan asin
meski pahit dan asin
sebab
selalu saja sepi
selalu
mengubah hangatnya pelukan
kembali
merahim menjadi kesabaran hati
jujurku
sebelum ajal menjemput
ingin
kupastikan rindu ku menanam benihnya didadamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar