imajiku ku masih menatap bayangmu
sebelum rinai gerimis melunturi
beningnya telaga
ku lukis wajahmu dalam kanvas
hidupku
dengan getar jemari rinduku yang
gelisah
merenungi jarak yang kian anggun
tanpa igauan
waktu terus menari dalam elegy yang
ritmis
ku mencoba merangkai ikebana
sambil mengais sisa kembang
kenangan
pada patah ranting di rimbun bunga
dimana keresahan bertumpu pada
dahan senja
saat ini ku tertunduk
menghitung butiran rindu pada
landaian pasir
hingga tatapku jauh menembus batas
cakrawala
mengeja puluhan aksara yang jatuh
di mata senja
kaulah pendar pelangi yang lahir
dari rahim badai
saat ini ku hampir lelah
menghitung ribuan butiran rindu
hingga mataku tak mampu mengeja
beningnya kepedihan
yang lahir dari rahim badai
jujur kamulah pendar pelangi yang
lahir dari rahim badai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar