Senin, 19 Desember 2011

SAAT INI


imajiku ku masih menatap bayangmu
sebelum rinai gerimis melunturi beningnya telaga
ku lukis wajahmu dalam kanvas hidupku
dengan getar jemari rinduku yang gelisah
merenungi jarak yang kian anggun tanpa igauan

waktu terus menari dalam elegy yang ritmis
ku mencoba merangkai ikebana
sambil mengais sisa kembang kenangan
pada patah ranting di rimbun bunga
dimana keresahan bertumpu pada dahan senja

saat ini ku tertunduk
menghitung butiran rindu pada landaian pasir
hingga tatapku jauh menembus batas cakrawala
mengeja puluhan aksara yang jatuh di mata senja
kaulah pendar pelangi yang lahir dari rahim badai

saat ini ku hampir lelah
menghitung ribuan butiran rindu
hingga mataku tak mampu mengeja beningnya kepedihan
yang lahir dari rahim badai
jujur kamulah pendar pelangi yang lahir dari rahim badai


Tidak ada komentar: