Sabtu, 29 Januari 2011

TERLALU PAGI MENYIMPAN HARAP


malam mengalir deras,
dalam sisa gigil mata hujan senja tadi
diam, pendar rembulan menangkap genangan kenangan
saat badai menghempasmu pada titik nadir yang terdalam
dadaku jadi sandaran tumpahan sesalmu, tentramkan hati
disela kerinduan yang mengangkangi sepi
kembali ku coba mengumpulkan sisa kepingan diri yang berserak
kemudian menatanya dalam ketetapan hati
sebab dirimu, hanya jadikan aku tumpahan sesalmu
sedangkan aku sendiri,
tak cukup kuat menahan beban mu juga rasa cintaku padamu
salahku sendiri yang selalu terbawa rasa
sehingga membuatku selalu membawah lukisan hati yang selalu basah
sekarang aku yang sibuk sendiri membersihkan lunturnya
karena diguyur rinai kepedihan dalam perjalanan siang tadi
haruskah ku tata dan ku lukis lagi lukisan lain
dalam kanvas kehidupanku?, dengan meretas airmata lagi
haruskah aku berdialog dengan hati!
kemudian menatanya dalam pigura hati lain  tanpa sepimu
sedangkan aku sendiri tak cukup kuat menanggung karma mu
hanya karena aku terlanjur mencintaimu

aihhhh aku ambigu, ………

1 komentar:

Rahmahamalya mengatakan...

Sajak yang menarik.. :)

Sekalian mohon ijin menggunakan gambar di sini untuk teman sajakku.
Silahkan mampir di http://rahmahamalyah.blogspot.com/2011/04/belum-mampu-ku-peluk.html

Terima kasih,
Salam Makna.