Selasa, 11 Oktober 2011

PENJARA JIWA


tatapan kenangan pada jemari waktu
selalu memberikan rasa yang merambat
saat kecupan mendekat serupa kuluman
lebih manis dari madu hingga kita kehilangan logika
sementara jarak ini semakin teraniaya
dalam interval waktu yang menjerat
tak ada lagi waktu mengepak kenangan
atau sekedar membuka simpul silaturahmi
ketika kehadiran terpenjara jarak
dalam mengemas rasa yang yatimpiatu
haruskah ku penjarakan hatimu
agar cemburu tak memenuhi ruang gelisah
lalu membiarkanmu mendekam
dalam pelukan lengan malam
dimana kesetiaan kita ditempah masa
saat pagi mendapati wajah kita kelelahan
karena terlalu sering bercerita tentang luka dan kehilangan 
saat hening malam meminta penjelasan

haruskah aku mengutuk hati
memahat ingatan menjadi prasasti
agar resah tak lagi membakar hati
dan memenjarakan jiwa

Tidak ada komentar: