hadirmu kembali menguliti
kerinduan yang telah dilupakan
beribu purnama mengusap perih
dengan keletihan
laiknya parit yang semakin sakit
mengeja beninganya air karena
limbah
kepedihan selalu dimulai dari
pertemuan
haruskah ku simpan kemungkinan
dalam hitam putihnya kehidupan
dengan sebuah ketepatan keputusan
agar tak ada keterlambatan dalam
menepis keraguan
saat mengepakkan sayap sesuai
pilihan
agar jangan tersungkur dalam
lembaran kusam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar