kembali mendung bersetubuh dengan
bumi
lahirkan rinai gerimis
lunturkan debudebu jalanan
tapi tidak untuk ego manusia
yang tamak oleh harta
pada monitor tv swasta
terlihat acara kalau aku menjadi
sekilas terlihat
pada dinding lusuh
diatas meja tua peninggalan eyang
kakung
terletak sepiring retak nasi aking
sepotong impian basi yang telah
berkalikali dihangatkan
secangkir peluh pekat pelepas
dahaga
temani makan siang mereka yang asin
sementara di luar
mentari tinggal sepenggal
menikam jantung dan ubunubun
kehidupan
hanya aku yang berteduh
bagai dungu relakan otak beku tak
mengepul
di dalam kedai kelas elite
nurani ku mendadak terisak
aku kehilangan selera makan siangku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar