
dermaga Tenau Kupang Nusa Tenggara Timur ku akan memulai petualanganku ke Pulau
Rote Negeri Asal Seribu Lontar. Setelah 45 menit berlayar kapal feri Bahari
Expres memasuki putaran arus kuat Puku Afu yang misterius seperti segitiga
Bermuda yang penuh dengan halhal mistis. Putaran arus dari Samudera Hindia,
Laut Timor dan Laut Sabu yang telah banyak meminta korban setiap tahunnya,
membuat setiap penumpang menahan napas, menaikan doadoa keselamatan juga memacu
adrenalin bagi mereka yang suka berpetualang. Setelah lepas dari selat Puku Afu
penumpang mulai di suguhi panorama pesona landaian pasir putih “Pantai Rote”
yang indah, kemudian pulau Kambing yang berkarang terjal di bagian utara yang
berlatar hutan mangrove yang menghijau menyusuri “ Pantai Baru” dimana letak
pelabuhan Penyebrangan milik Pelni, kapal masih terus menyusuri bibir pantai
yang eksotik memanjang menutupi pulau bertanah kapur dan atolatol yang
berserakan menyerupai pulaupulau mini menyolok di tumbuhi “santigi” yang hijau
dan beringin gunung yang kerdil laiknya bonsai. Hantaman gelombang Laut
membentuk atolatol seperti lukisan natural yang cantik di hisasi buihbuih putih
sisa hempasan gelombang.
Di bibir pantai
yang dangkal karena proses sedimentasi yang terjadi ratusan tahun silam tumbuh
anakan mangrove yang dilatari dengan seribu lontar yang melambai mengucapkan
salam selamat datang di Negeri Nusa Fua Funi. Nun jauh di sana Nampak “Batu
Termanu” bukit kapur yang menjulang tinggi menyimpan misteri tentang kekuatan
mistis pulau Rote. Konon Batu ini adalah suami istri yang marantau dari seram
dan memilih diam dan menetap di tanjung Leli yang indah dan ramah dengan seribu
nyiurnya yang mempesona. Dimana senja saga akan terlihat berpulang menujuh
silamnya waktu tanpa penghalang hingga lenyap di kaki cakrawala. Sebuah sunset
yang indah penuh pesona jika ingin mengabadikannya dengan mata telanjang.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar