kita tak pernah bisa membaca garis
takdir
meski rencana telah matang ditanak
dengan asa yang menggapai bintang
tapi hidup adalah sebuah
kemungkinan
waktu dan perjuangan adalah tembok
yang terkunci kenyataan
tubuh yang penat mulai mengemis
detak jam
seolah menggugat “ kenapa keadilan
tak ada”
hingga kita selalu yatim piatu
dalam melangkah
mengemis hingga nuranipun
dipatahkan akal licik
mengamputasi tangan kewajaran yang
kita cipta
jejakjejak hitam berteriak
kegirangan
saat hasrat mempertemukan kita
dengan tualang
mengakali laporan dan menutup buku
suci dengan upeti
lalu kita pun bangga dan bersorak
kegirangan diatas podium
sebagai seorang pecundang yang
menerima trophy kemenangan
dulu sebuah masa paling ku benci
sebab ayahku lumpuh memanggul beban
hidup
ibuku nyaris mati karena menyusuiku
dari dada busung laparnya
meski hawa kehidupan masih memberi
suaka
untuk membangun dan menghimpun
kehidupan
walau nalar enggan membaca garis
nasib
lihatlah “nak” nafas ini kian lelah
syaraf nadiku telah pecah, mencari
sumber kehidupan
hanya ini yang tersisa “darah
sebagai mataair
karena iblis telah bersekutu dengan
manusia
“tahukah kamu nak” kami telah
bersekutu dengan waktu demi hidup
hingga tak bisa membedakan musim
sebab semuanya terasa pahit
tapi itu tak membuat kami mati
dalam kemunafikan
kita tak pernah mencari celah agar
air susu ini terasa manis
kamu telah tumbuh dan besar dari
asinnya kehidupan
janganlah kamu gadaikan keyakinanmu
kini katakatamu bagiku tuli dan
buta
sebab aku tak ingin mati sekarat
dengan memakan keyakinanmu
lalu menderita seperti kalian,..
maafkan aku yang menghianati wasiat
kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar