senja itu, waktu memindahkan cinta
dalam senyummu
membuat siluetnya indah, manapaki
silamnya waktu
kenangan itu membuatku bertahan
jujur kamulah puisi hidup yang
mengembara
mampu meredakan magma di dadaku
pagi ini,
sebuah syair cemas lahir dari senyumku
laiknya ranting melepas gugur daun tulus mengalir
laiknya ranting melepas gugur daun tulus mengalir
rasa itu
membuatku goyah
kaucintai
mayaku tanpa meraba nyataku
yang sepanjang hari menimbun sepi
hinga lelah melahap lukaku sendiri, tanpa memiliki
ketika langkahmu sembunyi dalam sunyi
hanya sesali diri dalam rindu yang kehilangan
sehingga akupun pergi dengan rindu yang tak bernyali
yang sepanjang hari menimbun sepi
hinga lelah melahap lukaku sendiri, tanpa memiliki
ketika langkahmu sembunyi dalam sunyi
hanya sesali diri dalam rindu yang kehilangan
sehingga akupun pergi dengan rindu yang tak bernyali
kali ini kau menatapku laiknya batu
tanpa keyakinan hanya kekalnya
kehilangan
tak bisakah kau pahami?, hati lebih
jujur bicara
meski isyaratnya pekat, bersama
nyali terakhirku
saat kartukartuku mati dalam
kekaguman yang tak kau pahami
haruskah? aku pergi dengan rindu
yang tak bernyali
hingga tak sedetikpun menoleh
kepada cinta yang merahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar