media bungkam
bila bicara tentang keadilan
ancaman breidel membungkus nyali lalu tiarap
waktu hanya mengeja kenyataan
seperti laju kehidupan, yang semakin sekarat
dengan mengakali laporan
dan menutup buku hitam dengan upeti
bahwa ekonomi kita semakin membaik
sementara kemiskinan diperdagangkan secarah halal
kitapun mulai ramairamai membudidayakannya
diatas panggungpanggung orasi tanpa kesepakatan
kita mulai memanen janji kosong yang selalu kelelahan
dengan waktu yang semakin cepat merangsak maju
memindahkan tubuh pada setiap ruang kesibukan
hingga orangtua kehilangan wajah ceria anaknya
tak ada lagi tempat mengadu selain Tuhanmu
sebab setiap sudut telah tertanam kamboja
(kota yang kehilangan senyumnya)
Kejenuhan merayapi ku … aku muak dengan segalah kemenangan akal ku yang hampir saja membunuh ku, walau pedang itu telah terhunus siap memenggal hidup ku juga orang_orang yang ku kasihi, karena sebuah permainan elite_elite politik kotor dengan dalil memihak orang kecil.
Jujur aku selalu mendambakan hidup yang tenang di tempat yang sunyi dengan menulis juga membaca, agar imajinasi ku terasah. Kadang aku mengerjakan sesuatu yang bermanfaat kemudian mengisi waktu luang dengan mendengarkan musik dari alam. Dan puncak dari semua kebahagiaan itu adalah hidup di samping orangorang yang aku cintai dan membentuk keluarga yang bahagia. Aku ingin cinta yang mengendalikan hidup bukan hidup yang mengendalikan cinta. Aku ingin menyusun hidupku menjadi sebuah kisah cinta yang bahagia.
Saat ini dalam kehidupan kerier ku. Segala sesuatunya menjadi serba tidak jelas, keadaan kantor lagi muram, para pemimpin tidak berani angkat bicara mengenai apa sebenarnya yang dialami oleh Negeri ini, apakah akan berjalan dengan baik_baik saja ataukah akan berakhir fatal akibat chaos politik yang masih melanda walau perhelatan itu sebenarnya telah berakhir dua tahun lalu, tapi puing_puing kehancuran dari perang itu masih membekas di setiap insan yang mendiami negeri ini. Itulah yang mengakibatkan saling sikut, jegal dan juga membunuh karakter seseorang yang dianggap musuh terus berlanjut. Dan badai itu pun menghempasku pada titik nadir yang terdalam aku tak mampu melepaskan penatnya hati, walau hanya selonjorkan kaki dari rutinitas yang memuakkan. Tak ada lagi waktu bagi ku untuk tentram, seluruhnya telah tersita oleh persoalan_persoalan yang melibatkanku sebagai kuli birokrasi.
kesepian yang sekarat
melukaiku dengan sadis
hanya genangan kenangan yang hadir
tanpa satupun opsi pembelaan diri
tanpa debat,
setelah selesai menyetubuhi tanpa kelayakan
kaupun berpesta pora tanpa ampun
manjamah dan menggagahi seluruh jiwaku
kamu membuatku sekarat dengan penuh luka
ada keyakinan yang menumbuhkan bahagia
seperti candu yang mendera
menanti tetes arak terakhir hingga tandas
seperti wadah yang rela kehilangan
kenyataanpun tertuang dalam pialapiala yang tak pernah puas
hingga utuh tertuang dengan sempurna
menanti tetes terakhir hingga karam
waktupun terus menyemai dan menjaga
hingga akhirnya memanen ending
bahagia yang semu tiada rasa
(kesepian yang mengagahiku)
Setiap hari Silahturahmi para pejabat teras ke pihak penyidik lahirkan title mentereng sebagai tersangka .. aih .. sebuah harga yang harus dibayar mahal untuk negeri ini.
Imbas dari semua ini, akulah penyaksi dari segala keruwetan ini,…
Keseharianku yang selalu ceriah masih mampu ku pertahankan di depan orangorang yang ku kasihi, rekan_rekan kerja ku juga dalam lingkungan ku. Namun dibalik topeng keceriaan itu aku lebih banyak menanggis dengan computer juga modem murahan ku. Sementara sakit jiwa dan raga ini terus mengerogoti ku hingga hilangkan batas sadarku, membuat ku berlari dan hilang dalam kegelapan. Aku Paranoid,.. juga phobia terhadap segalah sesuatu yang mengancam ketentraman diriku,.. Hari ini aku menyatakan resign dari pekerjaanku untuk sementara setelah kemarinkemarin aku bersumpah dipengadilan sebagai saksi… aku sudah tidak tahan lagi berada dalam suasana saling mencurigai dan saling menjatuhkan.. belum lagi suara suara miring tentangku yang kadang membuat kuping ini panas ..
Kadang Clubbing adalah jalan terbaik dan itulah pilihan ku saat ini. Aku mabuk_mabukan hingga.
aku berharap saat ini menjadi risala hati
tapi kau menukarnya dengan kisah
jujur aku tetap merinduimu
laiknya hujan pada bumi
yang menjadikannya semi
tak ada kesalahan
jika jujur,… ku ingin dusta yang manis
meski hanya membuatku
menjadi pecundang yang bahagia
walau aku sadar itu hanya sesaat saja
aku begitu phobia
Sebab di benak ku yang ada hanya melupakan semua rutinitas dan aktifitas yang memuakkan ini. ada ruang hampa di hati dan aku berharap terisi, aku ingin berbagi derita, suatu keinginan yang sangat manusiawi, bahkan keinginan seorang lelaki tegarpun tak kuasa bertahan menanggung sepi, juga badai hidup yang begitu berat menghempasnya betapa dia juga butuh belaian, kelembutan juga kedewasaan dalam menumpahkan segala beban juga rindunya. Aku mulai jengah dengan semuanya.. dengan segala rutinitasku, mulai muak, dan jenuh …hidup dalam kepura-pura-an, menampilkan diri seolah_olah tegar. Aku sudah sangat bosan dengan itu, aku sudah capek membohongi diri sendiri, dan orang lain.
Aku bersama dua orang teman ku diadili kayak pesakitan, setelah badai yang menghempas Negeri ini dirasa berlalu. Perjuangan, darah dan air mata saat itu seolah_olah tak berharga di mata mereka, yang katanya pemimpin negeri yang bijak; dengan memberi ku sebuah kado istimewa Hukuman disiplin karena tidak memberikan kajian tekhnis kepada pemimpin tertinggi di Negeri ini plus piagam penghargaan kepindahan ku karena dianggap tidak loyal dan membangkang. Aiiih sebuah bentuk rekomendasi yang sarat kepentingan juga sangat tidak adil,...Aku hanya tertawa getir, beginikah cara seorang pemimpin menghargai bawahannya yang telah mengangkat kepalanya yang pernah tertunduk, dengan dalih penyegaran tapi sebelumnya telah menginjak_injak harga dirinya di depan orang?.
Aku lelah, aku butuh tempat untuk bersandar, mungkin di sebuah sudut hati yang mampu menenangkan jiwa yang tak tenang. Hari ini aku mudah sekali naik pitam,..mudah marah apabila ada sesuatu yang tidak berjalan seperti apa yang kumau. Mungkin karena akibat akumulasi persoalan yang mendera ku, sehingga hawa tubuhku menjadi panas .. dan membuat emosiku tidak stabil dan kadang jadi beringas, dan kadang pula menjadi sangat melankolis, di saat saat tertentu kata-kata yang keluar dari mulutku sangat menyakitkan hati apabila didengarkan. Aku memang mengalami kelelahan dan kekalahan yang luar biasa, lelah dan kalah lahir dan batin. Keadaan tersebut membuatku benar_benar marah terhadap diri sendiri, yang terlalu bodoh, jujur juga ngak neko_neko.
Aku kembali mengingkari janji ku untuk tidak lagi minum minuman keras, tapi saat itu aku tak mampu melerai perasaan ku. Kembali aku melampiaskan kekesalan ku pada arak, aku begitu terlukah dan tidak lagi menginginkan perhatian_perhatian yang bagi ku hanya kepalsuan belaka. Aku mengalami krisis kepercayaan pada setiap orang, membuat ku paranoid.
Dan akhirnya harus kutemui diriku berada pada titik nadir, harus kurelakan apa yang kubangun selama ini menjadi musnah seperti sebuah istana pasir di pantai, ini semacam kehilangan yang keterlaluan … maka betapapun kamu yang menganggap diri sebagai lelaki tegar atas semua peristiwa yang terjadi kau pun punya hak untuk kecewa… seharihari aku melakukan moksa… tidak banyak berbicara, tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak melakukan apapun kecuali membaca artikelartikel pada beberapa situs, sembayang, mandi, makan lalu kembali lagi terbenam dalam rutinitas maya ku,..
hantu takut meraungraung
di jantung kota yang selalu berkelahi dengan waktu
yang tak pernah merasa dan meraba perihnya hidup
seperti debaran dada yang setia mengeja nadi
betapa jauhnya jalan menuju sebuah kehidupan
dimana kemiskinan telah meminang nasib
dengan kecemburuan sosial yang tinggi
kita selalu berbicara tentang keramahan dengan kemarahan
tak pernah bohong, selalu ada dalam pikiran
yang merapatkan agenda dijalanan
dengan diskusi, demostrasi bila perlu dengan revolusi
meski nyawa adalah taruhan.
pada malammalam jalang yang menantang culasnya hidup
saat ini mungkin zaman tak bisa dilawan
sebab semua hari bertindak bengis
menjarah hak dan kemerdekaan hidup
demokrasi yang frustrasi dan sarat interupsi
telah memerdekakan diri
dalam malammalam persetubuhan
hingga melahirkan iblis keserakahan yang berwajah malaikat.
(malammalam penuh keserakahan)
Sungguh aku ingin belajar bersyukur, tidak lagi memaki-maki keadaan seperti kemarin-kemarin. Harusnya aku bisa belajar banyak dari pengalaman, dari setiap tempat yang kudatangi, dari setiap orang yang kutemui. Karena setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru.
Hari ini aku merasa begitu damai sekali…seperti terlahir kembali dan tanpa beban di kepala..aku merasa seperti seorang pria yang memutuskan untuk bercerai setelah sekian lama menjalani pernikahan yang tidak bahagia…ternyata aku tahu sumber ketidak tenanganku selama ini adalah tugas pokok dan fungsi ku kemarin, pekerjaan itu. Dan Tuhan telah memberi ku jalan yang terbaik bagi ku saat ini. Aku tenang
Maafkanlah kalau engkau merasa aku begitu cengeng
Tapi aku mohon tempatkanlah posisimu pada diriku saat ini,…
bila bicara tentang keadilan
ancaman breidel membungkus nyali lalu tiarap
waktu hanya mengeja kenyataan
seperti laju kehidupan, yang semakin sekarat
dengan mengakali laporan
dan menutup buku hitam dengan upeti
bahwa ekonomi kita semakin membaik
sementara kemiskinan diperdagangkan secarah halal
kitapun mulai ramairamai membudidayakannya
diatas panggungpanggung orasi tanpa kesepakatan
kita mulai memanen janji kosong yang selalu kelelahan
dengan waktu yang semakin cepat merangsak maju
memindahkan tubuh pada setiap ruang kesibukan
hingga orangtua kehilangan wajah ceria anaknya
tak ada lagi tempat mengadu selain Tuhanmu
sebab setiap sudut telah tertanam kamboja
(kota yang kehilangan senyumnya)
Kejenuhan merayapi ku … aku muak dengan segalah kemenangan akal ku yang hampir saja membunuh ku, walau pedang itu telah terhunus siap memenggal hidup ku juga orang_orang yang ku kasihi, karena sebuah permainan elite_elite politik kotor dengan dalil memihak orang kecil.
Jujur aku selalu mendambakan hidup yang tenang di tempat yang sunyi dengan menulis juga membaca, agar imajinasi ku terasah. Kadang aku mengerjakan sesuatu yang bermanfaat kemudian mengisi waktu luang dengan mendengarkan musik dari alam. Dan puncak dari semua kebahagiaan itu adalah hidup di samping orangorang yang aku cintai dan membentuk keluarga yang bahagia. Aku ingin cinta yang mengendalikan hidup bukan hidup yang mengendalikan cinta. Aku ingin menyusun hidupku menjadi sebuah kisah cinta yang bahagia.
Saat ini dalam kehidupan kerier ku. Segala sesuatunya menjadi serba tidak jelas, keadaan kantor lagi muram, para pemimpin tidak berani angkat bicara mengenai apa sebenarnya yang dialami oleh Negeri ini, apakah akan berjalan dengan baik_baik saja ataukah akan berakhir fatal akibat chaos politik yang masih melanda walau perhelatan itu sebenarnya telah berakhir dua tahun lalu, tapi puing_puing kehancuran dari perang itu masih membekas di setiap insan yang mendiami negeri ini. Itulah yang mengakibatkan saling sikut, jegal dan juga membunuh karakter seseorang yang dianggap musuh terus berlanjut. Dan badai itu pun menghempasku pada titik nadir yang terdalam aku tak mampu melepaskan penatnya hati, walau hanya selonjorkan kaki dari rutinitas yang memuakkan. Tak ada lagi waktu bagi ku untuk tentram, seluruhnya telah tersita oleh persoalan_persoalan yang melibatkanku sebagai kuli birokrasi.
kesepian yang sekarat
melukaiku dengan sadis
hanya genangan kenangan yang hadir
tanpa satupun opsi pembelaan diri
tanpa debat,
setelah selesai menyetubuhi tanpa kelayakan
kaupun berpesta pora tanpa ampun
manjamah dan menggagahi seluruh jiwaku
kamu membuatku sekarat dengan penuh luka
ada keyakinan yang menumbuhkan bahagia
seperti candu yang mendera
menanti tetes arak terakhir hingga tandas
seperti wadah yang rela kehilangan
kenyataanpun tertuang dalam pialapiala yang tak pernah puas
hingga utuh tertuang dengan sempurna
menanti tetes terakhir hingga karam
waktupun terus menyemai dan menjaga
hingga akhirnya memanen ending
bahagia yang semu tiada rasa
(kesepian yang mengagahiku)
Setiap hari Silahturahmi para pejabat teras ke pihak penyidik lahirkan title mentereng sebagai tersangka .. aih .. sebuah harga yang harus dibayar mahal untuk negeri ini.
Imbas dari semua ini, akulah penyaksi dari segala keruwetan ini,…
Keseharianku yang selalu ceriah masih mampu ku pertahankan di depan orangorang yang ku kasihi, rekan_rekan kerja ku juga dalam lingkungan ku. Namun dibalik topeng keceriaan itu aku lebih banyak menanggis dengan computer juga modem murahan ku. Sementara sakit jiwa dan raga ini terus mengerogoti ku hingga hilangkan batas sadarku, membuat ku berlari dan hilang dalam kegelapan. Aku Paranoid,.. juga phobia terhadap segalah sesuatu yang mengancam ketentraman diriku,.. Hari ini aku menyatakan resign dari pekerjaanku untuk sementara setelah kemarinkemarin aku bersumpah dipengadilan sebagai saksi… aku sudah tidak tahan lagi berada dalam suasana saling mencurigai dan saling menjatuhkan.. belum lagi suara suara miring tentangku yang kadang membuat kuping ini panas ..
Kadang Clubbing adalah jalan terbaik dan itulah pilihan ku saat ini. Aku mabuk_mabukan hingga.
aku berharap saat ini menjadi risala hati
tapi kau menukarnya dengan kisah
jujur aku tetap merinduimu
laiknya hujan pada bumi
yang menjadikannya semi
tak ada kesalahan
jika jujur,… ku ingin dusta yang manis
meski hanya membuatku
menjadi pecundang yang bahagia
walau aku sadar itu hanya sesaat saja
aku begitu phobia
Sebab di benak ku yang ada hanya melupakan semua rutinitas dan aktifitas yang memuakkan ini. ada ruang hampa di hati dan aku berharap terisi, aku ingin berbagi derita, suatu keinginan yang sangat manusiawi, bahkan keinginan seorang lelaki tegarpun tak kuasa bertahan menanggung sepi, juga badai hidup yang begitu berat menghempasnya betapa dia juga butuh belaian, kelembutan juga kedewasaan dalam menumpahkan segala beban juga rindunya. Aku mulai jengah dengan semuanya.. dengan segala rutinitasku, mulai muak, dan jenuh …hidup dalam kepura-pura-an, menampilkan diri seolah_olah tegar. Aku sudah sangat bosan dengan itu, aku sudah capek membohongi diri sendiri, dan orang lain.
Aku bersama dua orang teman ku diadili kayak pesakitan, setelah badai yang menghempas Negeri ini dirasa berlalu. Perjuangan, darah dan air mata saat itu seolah_olah tak berharga di mata mereka, yang katanya pemimpin negeri yang bijak; dengan memberi ku sebuah kado istimewa Hukuman disiplin karena tidak memberikan kajian tekhnis kepada pemimpin tertinggi di Negeri ini plus piagam penghargaan kepindahan ku karena dianggap tidak loyal dan membangkang. Aiiih sebuah bentuk rekomendasi yang sarat kepentingan juga sangat tidak adil,...Aku hanya tertawa getir, beginikah cara seorang pemimpin menghargai bawahannya yang telah mengangkat kepalanya yang pernah tertunduk, dengan dalih penyegaran tapi sebelumnya telah menginjak_injak harga dirinya di depan orang?.
Aku lelah, aku butuh tempat untuk bersandar, mungkin di sebuah sudut hati yang mampu menenangkan jiwa yang tak tenang. Hari ini aku mudah sekali naik pitam,..mudah marah apabila ada sesuatu yang tidak berjalan seperti apa yang kumau. Mungkin karena akibat akumulasi persoalan yang mendera ku, sehingga hawa tubuhku menjadi panas .. dan membuat emosiku tidak stabil dan kadang jadi beringas, dan kadang pula menjadi sangat melankolis, di saat saat tertentu kata-kata yang keluar dari mulutku sangat menyakitkan hati apabila didengarkan. Aku memang mengalami kelelahan dan kekalahan yang luar biasa, lelah dan kalah lahir dan batin. Keadaan tersebut membuatku benar_benar marah terhadap diri sendiri, yang terlalu bodoh, jujur juga ngak neko_neko.
Aku kembali mengingkari janji ku untuk tidak lagi minum minuman keras, tapi saat itu aku tak mampu melerai perasaan ku. Kembali aku melampiaskan kekesalan ku pada arak, aku begitu terlukah dan tidak lagi menginginkan perhatian_perhatian yang bagi ku hanya kepalsuan belaka. Aku mengalami krisis kepercayaan pada setiap orang, membuat ku paranoid.
Dan akhirnya harus kutemui diriku berada pada titik nadir, harus kurelakan apa yang kubangun selama ini menjadi musnah seperti sebuah istana pasir di pantai, ini semacam kehilangan yang keterlaluan … maka betapapun kamu yang menganggap diri sebagai lelaki tegar atas semua peristiwa yang terjadi kau pun punya hak untuk kecewa… seharihari aku melakukan moksa… tidak banyak berbicara, tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak melakukan apapun kecuali membaca artikelartikel pada beberapa situs, sembayang, mandi, makan lalu kembali lagi terbenam dalam rutinitas maya ku,..
hantu takut meraungraung
di jantung kota yang selalu berkelahi dengan waktu
yang tak pernah merasa dan meraba perihnya hidup
seperti debaran dada yang setia mengeja nadi
betapa jauhnya jalan menuju sebuah kehidupan
dimana kemiskinan telah meminang nasib
dengan kecemburuan sosial yang tinggi
kita selalu berbicara tentang keramahan dengan kemarahan
tak pernah bohong, selalu ada dalam pikiran
yang merapatkan agenda dijalanan
dengan diskusi, demostrasi bila perlu dengan revolusi
meski nyawa adalah taruhan.
pada malammalam jalang yang menantang culasnya hidup
saat ini mungkin zaman tak bisa dilawan
sebab semua hari bertindak bengis
menjarah hak dan kemerdekaan hidup
demokrasi yang frustrasi dan sarat interupsi
telah memerdekakan diri
dalam malammalam persetubuhan
hingga melahirkan iblis keserakahan yang berwajah malaikat.
(malammalam penuh keserakahan)
Sungguh aku ingin belajar bersyukur, tidak lagi memaki-maki keadaan seperti kemarin-kemarin. Harusnya aku bisa belajar banyak dari pengalaman, dari setiap tempat yang kudatangi, dari setiap orang yang kutemui. Karena setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru.
Hari ini aku merasa begitu damai sekali…seperti terlahir kembali dan tanpa beban di kepala..aku merasa seperti seorang pria yang memutuskan untuk bercerai setelah sekian lama menjalani pernikahan yang tidak bahagia…ternyata aku tahu sumber ketidak tenanganku selama ini adalah tugas pokok dan fungsi ku kemarin, pekerjaan itu. Dan Tuhan telah memberi ku jalan yang terbaik bagi ku saat ini. Aku tenang
Maafkanlah kalau engkau merasa aku begitu cengeng
Tapi aku mohon tempatkanlah posisimu pada diriku saat ini,…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar