ini bukan saja kereta terakhir, aku
menunggumu
sebab masih ada kereta yang
menjemput
peron yang bisu, aktifitas yang
acuh saat bersua
juga zaman yang menawarkan kesepian
pada bangkubangku peradaban yang
melupakan sejarahnya
di sudut teras stasiun
anakanak jalanan menangisi rejeki
yang mati
sementara tuan dan nyonya hanya
memandang dengan senyum
sambil menanti menu mewah yang
terhidang
dengan mendengarkan music klasik,
lalu acuh dalam kehangatan
hingga tetes terakhir dari balkon
resto mewah
pada malammalam yang setia menanti
waktu
pada gemerlap kehidupan yang silau
sarat iklan
doa anakanak jalanan terbungkus
dalam malammalam kejam
tetap tekun menyusuri sukma dengan ikhlas
setia menunggu raga yang tak pernah
lelah
pun tak pernah menghitung tanggal
merah sebagai vacansinya
sebab itu akan bercerita tentang
kehilangan juga kematian
merangkak sepanjang jarak yang
lebih diam dari bisu
menyusuri relrel kehidupan menuju
stasiun terakhir
dengan membawah beban keikhlasan
sambil mendengar peluit mengabarkan
kematian dalam gengaman pesan
terakhir
kamu masih saja amnesia
hingga tak pernah lagi mengenal jalan
pulang
(menyusuri rel kehidupan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar