embun masih mengunci lelap kantuk
namun waktu telah mengetuk pintu
padahal penatku belum lunas
mengemas wajah rindu di mimpiku
sementara debar rindu laju
menziarahi sepiku
satusatu kenangan terus berlari
menyapa
hingga mabuk dalam pekat mengendap
getir
merapatkan jejak kemarau hati
mentari mendadak gerhana menyinari
wajah teduhmu
yang terperangkap imaji
sebab kita hanya maya yang
terpenjara nyata
dalam dekap bawah sadar yang
mengembara
sebagai muara tempat kita menerima
jarak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar