jarak yang membentengi
peron yang sibuk
tak pernah kehilangan kereta
tak akan pernah kembali mengantarmu
pulang
saat kerinduan hanya menawarkan
kesepian
sedangkan bangku yang kududuki
lebih memahami penatnya hati
sambil menanti kopi terakhir yang
terhidang
kembali aku menatap kereta yang
datang
dalam lengkingan kerinduan akan
peronnya
kehangatan tetes terakhir kopiku
tak mampu menyelimuti gigil
kerinduanku
aku masih saja terus memandangmu
dalam lengan malam yang setia
memeluk waktu
(penatnya hati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar