wajah tirusmu
segan bercengkrama dengan senyum
sebab engkau selalu setia
menutup pintu sepimu dengan tulus
jujur waktu telah mencuri
cengkrama kita dalam debar dada
dimana diam mengajarkan sabar
disisa jejak penuh kenangan
maka tak ada lagi logika
yang sanggup menembus kesadaran
ketika cinta telah berdiam di hati
senja ini sisa senyummu
kian sabit menerangi malam
aku berharap ini menjadi risala
hati
tapi kau menukarnya dengan kisah
jujur aku tetap merinduimu
laiknya hujan pada bumi
yang menjadikannya semi
tak ada kesalahan
jika aku ingin dusta yang manis
meski hanya membuatku
menjadi pecundang yang bahagia
walau aku sadar itu hanya sesaat
saja
(tetaplah menjadi relief dihatiku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar